Berita Jepang | Japanesestation.com

Masih ingat dengan bahasan kaisar wanita yang sempat JS unggah beberapa waktu lalu? Lagi-lagi hal ini diperdebatkan. Ya, Jepang baru saja mengadakan sebuah diskusi formal terkait bagaimana cara menstabilkan penerus Takhta Serunai di tengah menurunnya angka pewaris, dengan salah satu opsinya memperbolehkan wanita untuk naik takhta dan membuat pewaris dari keturunan ibu dapat naik takhta demi kelangsungan monarki tertua di dunia ini.

Sebuah panel pemerintah pun menggelar pertemuan pada 23 Maret lalu untuk membahas masalah ini dan kepala panel, Atsushi Seike, mantan presiden Keio University, berjanji untuk menggelar diskusi secara seksama dan hati-hati. Kendati demikian, waktu terus berjalan dan kini, hanya ada 3 calon pewaris takhta karena wanita yang menikahi orang biasa harus membuahg status kekaisarannya.

Menurut laporan Kyodo via Japan Today, seorang mantan staf senior pemerintah mengingatkan bahwa takhta kekaisaran yang tak putus selama 2.600 tahun ini dapat berakhir tak lama lagi, kecuali pemerintah bertindak cepat.

Kini, hanya da tiga pewaris takhta Kaisar Naruhito (61) yaitu, Putra Mahkota Fumihito (55), keponakannya Pangeran Hisahito (14), dan pamannya Pangeran Hitachi (85).

putra mahkota Jepang japanesestation.com
Pangeran Fumihito setelah resmi dilantik menjadi Putra Mahkota dan akan meninggalkan Istana Kekaisaran Jepang.

Garis Keluarga Kekaisaran memang terus menyusut akibat Hukum Kekaisaran Jepang 1947 yang membatasi pewaris takhta pada seorang pria dengan garis keturunan ayah. Sementara itu, kaisar dan Permaisuri Masako hanya memiliki anak perempuan, Princess Aiko (19).

princess aiko kekaissaran Jepang ulang tahun japanesestation.com
Princess Aiko bersama anjingnya, Yuri, di Akasaka Estate pada 22 November 2020 (dok Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang via Kyodo)

Peraturan tersebut memang sempat dipertanyakan, salah satinya dalam pemerintahan Perdana Menteri Junichiro Koizumi pada 2005 silam, saat sebuah panel ahli meminta untuk memperbolehkan wanita naik takhta dan menggugurkan aturan lama tersebut.Namun, perdebatan ini berakhir saat Pangeran Hisahito lahir pada September 2006, membuatnya menjadi anggota keluarga kekaisaran pria pertama yang dimiliki oleh keluarga kekaisaraan dalam 41 tahun terakhir.

Dan pada tahun 2012 lalu, mantan Perdana Menteri Yoshihiko Noda meminta agar para anggota wanita dari keluarga kekaisaran dapat mempertahankan status kekaisarannya meski ia menikah dengan orang biasa. Namun, momentum untuk membahas hal tersebut menghilang setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menggantikannya dua bulan kemudian.

Saat Diet mengesahkan undang-undang untuk mengizinkan pengunduran diri mantan Kaisar Akihito, sebuah resolusi tidak mengikat yang  mendesak pemerintah untuk "segera mempertimbangkan" langkah-langkah untuk mewujudkan suksesi kekaisaran yang stabil dan menciptakan sistem di mana perempuan dapat tetap berada di keluarga kekaisaran setelah menikah pun dilampirkan.

Namun menurut sumber terkait, pemerintah Abe memandang hal itu sebagai masalah mendesak dengan mengatakan bahwa langkah-langkah seperti itu bisa dibahas setelah putra mahkota dan putranya, Pangeran Hisahito. mewarisi tahta.

Kaisar Jepang wanita japanesestation.com
Putra Mahkota Akishino (tengah) berpose bersama istirnya, Puteri Mahkota Kiko (kedua dari kanan) dan anak-anak mereka, Princess Mako (kiri), Princess Kako (kanan) dan Prince Hisahito di Akasaka Estate (Imperial Household Agency of Japan via REUTERS)

Abe juga mengatakan bahwa tidak ada keputusan yang bisa dibuat karena adnya adu pendapat antara yang ingin mempertahankan tradisi dan mereka yang mengizinkan pewaris dari garis keturunan ibu. Abe bahkan membuat Diet jengkel dengan mengatakan "kamikaze" (angin dewa) akan "bertiup ketika saatnya tiba." Komentarnya itu mengacu pada sepasang topan yang secara kebetulan membubarkan armada invasi Mongol yang mengancam Jepang pada 1274 dan 1281, yang kemudian dikenal sebagai kamikaze.