Pemerintah Metropolitan Tokyo akan meminta para pekerja hiburan malam untuk mengikuti tes virus corona. Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur Tokyo, Yuriko Koike pada Minggu (7/6).
Menurut Koike, peraturan tersebut merupakan bagian dari langkah-langkah baru yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran virus di area hiburan malam besar di Tokyo, seperti distrik Kabukicho di Shinjuku. Pasalnya, sejak aturan untuk membatasi bisnis hiburan dicabut akhir bulan lalu, beberapa kasus COVID-19 baru terkonfirmasi terhubung dengan host club, tempat di mana wanita menghabiskan waktunya dengan minum dan membayar ikemen untuk menemani mereka.
Pada Sabtu lalu, pemerintah Jepang kembali melaporkan 26 kasus positif baru, dengan 12 orang di antaranya merupakan pegawai pria berusia sekitar 20 dan 30 tahunan yang bekerja di sebuah host club di Shinjuku. Empat orang lainnya juga juga diduga masih berhubungan dengan bisnis hiburan malam.
Pemerintah Jepang memang telah mencabut penuh status darurat COVID-19 pada 25 Maret lalu. Tokyo, yang sebelumnya dilaporkan memiliki angka tertinggi kasus positif COVID-19 di negeri sakura itu dengan 5.400 kasus, telah menetapkan tahap kedua untuk melonggarkan pembatasan bisnis pada Senin lalu dengan membuka hampir semua fasilitas, seperti bioskop, gym, dan tempat-tempat kursus. Namun, sehari setelahnya, Koike kembali mengeluarkan peringatan waspada di Tokyo karena adanya tanda-tanda kemungkinan gelombang kedua wabah kembali datang.
Kota dengan 14 juta penduduk tersebut telah memetakan 3 tahap untuk melonggarkan pembatasan, fase pertama dengan membuka museum, sekolah, dan beberapa fasilitas olahraga, sementara karaoke box dan bar akan kembali dibuka pada tahap ketiga. Namun, semua bisnis yang mengharuskan adanya jarak dekat, dilakukan di tempat sepi, dan kontak super dekat, termasuk klub malam dan venue live music tidak masuk ke dalam tahap 3.
Meskipun begitu, karena pembatasan tersebut tidak bersifat wajib, masih ada beberapa tempat hiburan malam “bandel” di Kabukicho dan beberapa area lain yang masih dibuka, dengan para pemilik yang mengatakan bahwa mereka terpaksa melakukan ini karena tidak ingin makin rugi.