Berita Jepang | Japanesestation.com

Ibu Menyiapkan Bekal Makan Siang

Ibu rumah tangga
Ilustrasi ibu membuat bekal makan siang (hoikutizu.jp)

Sebagian besar ibu yang tinggal di perkotaan biasanya sibuk dan cenderung memberikan makanan yang mudah dimasak untuk anak-anak mereka. Sementara, ibu-ibu di Jepang mengatur dan memperhatikan makanan dengan cermat, terutama untuk bekal makan siang anak-anak mereka di sekolah.

Buechner menuliskan bahwa ibu-ibu di Jepang harus bangun lebih awal dari anggota keluarga yang lain untuk menyiapkan makanan atau lauk yang beragam. Selain makanan yang sehat dan bergizi, ibu-ibu di Jepang juga harus memastikan bahwa makanan yang mereka masak itu berwarna-warni agar anak mereka tertarik untuk memakan semua makanan yang ada.

“Ibu-ibu di Jepang menetapkan standar yang tinggi untuk bekal makan siang anak-anak mereka. Bangun lebih pagi untuk menyiapkan makanan sehat yang terlihat lucu. Ikan, sayuran, tahu, rumput laut, dan onigri dibentuk menyerupai binatang atau tanaman.” tulis Buechner

Tidak Ada Hal Yang “Sesuai Dengan Anak-anak”

Anak-anak
Ilustrasi seorang anak menutup mata (comona.jp)

Negara-negara lain memiliki sertifikasi “khusus untuk dewasa” sebagai peringatan ketika akan menonton sebuah film. Anehnya, para orangtua di Jepang tidak menganggap seksualitas atau kekerasan sebagai hal yang tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak.

“Di Tokyo, tidak ada orang yang terlihat bingung atau terganggu ketika trailer film Resident Evil ditayangkan tepat sebelum penayangan film Toy Story 3 di bioskop. Senjata mainan yang terlihat mirip dengan senjata asli masih dijual di toko-toko mainan. Bahkan, terdapat banyak gambar berbau seksual di komik-komik," tulis Buechner

Orangtua Turut Menjaga Alam

Keluarga
Ilustrasi ibu dan anak bermain di taman (select.mamastar.jp)

Karena budaya pola asuh anak di Jepang adalah tentang kedisiplinan dan kedekatan, orangtua di Jepang juga mempratikkan nilai-nilai yang sama ke hal-hal yang berkaitan dengan alam. Melakukan hanami di taman memang diperbolehkan, tetapi anak-anak yang bermain atau berlarian saat hanami diawasi dengan ketat. Mengejutkan, bukan?

Buechner menulis, “...Taman dan kebun telah dirancang dengan indah dan dikelola dengan susah payah. Oleh karena itu, orangtua akan mengontrol dengan ketat dimana dan kapan anak-anak mereka bisa bermain atau berlarian.”

Orangtua Menceritakan Dongeng

Keluarga
Ilustrasi orangtua membacakan dongeng ke anaknya (toyokeizai.net)

Selama bertahun-tahun tinggal di negeri matahari terbit, Buechner menemukan fakta lainnya yaitu, orang Jepang suka untuk bercerita tentang legenda ataupun mitos ke anak-anak melalui dongeng yang menarik.

“Bercerita tentang legenda yang ada di Jepang merupakan hal yang umum atau sudah biasa di Jepang. Di sepanjang tahun ada banyak festival yang diadakan. Misalnya, Tengu Matsuri untuk menghormati Goblin si hidung panjang, dan Setsubun, hari untuk mengusir Oni si ogre dengan melemparkan segenggam kacang kedelai," tulis Buechner.

Nah, sekarang kalian sudah tahu fakta-fakta tentang bagaimana orang Jepang membesarkan atau mendidik anak mereka. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk menerapkan pola asuh anak yang sama dengan orang Jepang? Adakah yang cocok dengan pola asuh di Indonesia?