Pernah dengar orang tua atau temanmu bilang “jangan potong kuku di malam hari”, atau “jangan duduk di depan pintu, nanti susah dapat jodoh”? Mitos atau takhayul seperti ini sangat terkenal dan terus dipercaya oleh masyarakat di Indonesia. Dipercaya bahwa jika kamu melanggarnya, hal yang buruk atau mengerikan akan terjadi, entah langsung terjadi saat itu juga atau di masa depan. Tahukah kamu, Jepang sebagai negara maju juga memiliki banyak mitos menyeramkan dan masih banyak orang yang mempercayainya? Bahkan beberapa sangat mirip dengan mitos di Indonesia. Berikut adalah mitos Jepang yang menyeramkan yang akan membuatmu ketakutan.
1. Sembunyikan Jempolmu dari Mobil Jenazah (霊柩車から親指を隠す)
Jempol atau ibu jari dalam bahasa Jepang disebut “oyayubi”, yang berarti “orang tua jari”. Ada mitos yang beredar di Jepang bahwa kamu harus menyembunyikan jempolmu jika melihat mobil jenazah, jika tidak makan orang tuamu akan mati. Dipercaya bahwa arwah orang mati, memiliki dendam atau tidak, mereka akan mendiami mobil jenazah. Jika kamu tidak menyembunyikan jempolmu maka arwah tersebut akan masuk atau merasukimu melalui sela-sela kuku. Beberapa orang yang percaya juga menyembunyikan jempol mereka ketika melewati atau pergi ke pemakaman.
2. Jangan Menginjak Ujung Tatami (畳のへり踏んではいけない)
Tatami adalah jenis lantai tradisional yang biasa digunakan di rumah-rumah tradisional Jepang. Jika kamu berkunjung ke rumah atau suatu tempat yang menggunakan tatami, kamu tidak boleh menginjak ujung atau bagian samping dari tatami, karena hal ini dianggap tidak sopan dan akan membawa nasib buruk. Beberapa tatami memiliki ukiran lambing keluarga pada bagian sampingnya, jadi menginjaknya berarti ‘menginjak kepala orang tua’.
3. Sembunyikan Pusarmu (へそを隠す)
Dipercaya bahwa Raijin, dewa guntur, petir, dan badai, sangat suka memakan pusar (atau seluruh bagian perut) anak kecil. Asal usul cerita ini tidak jelas, tetapi sampai hari ini, orang tua di Jepang sering memperingatkan anak mereka untuk menutupi pusar mereka saat terjadi badai.
Dalam versi cerita lain, Dewa Raijin sering terlihat bersama temannya, Raijuu. Diceritakan bahwa Raijuu suka bersarang di pusar manusia ketika ia tidur. Ketika Raijin ingin membangunkan temannya itu, ia akan menyambar Raijuu dengan petir. Menutupi pusar berarti menghindari Raijuu untuk bersarang disana dan terkena petir. Orang tua di Jepang menggunakan cerita ini untuk mencegah anak-anak mengekspos perut mereka, yang membuat mereka beresiko terkena flu.
4. Jangan Tidur Menghadap Utara (北向きに寝てはいけない)
Di pemakaman orang Jepang, mayat akan diposisikan sedemikian rupa agar kepalanya menghadap ke utara. Saat menyiapkan tempat tidur, orang Jepang sangat memperhatikan arah kepala mereka. Tidur dengan kepala menghadap ke utara disebut kita makura (北枕). Jika kamu tidur dengan kepala menghadap ke utara, dipercaya kamu akan mendapat nasib buruk, bahkan sampai kematian.
5. Jangan Potong Kuku di Malam Hari (夜に爪を切っては行けない)
Di zaman dulu, tidak ada listrik untuk menerangi jalan dan rumah-rumah di saat malam hari. Karena itu orang-orang percaya kalau akuryou (roh jahat) akan muncul mulai dari malam menjelang. Orang-orang juga percaya bahwa alat pemotong yang tajam, seperti gunting kuku, memiliki kekuatan spiritual yang dapat mengalirkan kejahatan. Alat pemotong juga menciptakan celah diantara benda yang dipotong, sehingga memungkinkan roh jahat masuk melalui celah itu. Meskipun mitos yang satu ini tidak begitu populer di zaman modern, tetapi memang sebaiknya kamu tidak memotong kuku dalam gelap.
6. Jangan Bersiul di Malam Hari (夜の笛すべきでない)
Di zaman dulu, bersiul adalah tanda yang digunakan pencuri atau penjahat lainnya untuk berkomunikasi satu sama lain. Karena itu, bersiul dikaitkan dengan penyusup, pencuri, dan penjahat lainnya. Beberapa orang Jepang percaya bahwa bersiul di malam hari akan menarik penjahat atau ular ke rumah kamu.
7. Jangan Pernah Menulis Nama Seseorang dengan Tinta Merah (人の名前を赤字で書いてはいけない)
Batu nisan Jepang, bohi (墓碑/ぼひ), ditandai dengan nama-nama anggota keluarga, yang ditulis dengan tinta hitam dan merah. Anggota keluarga yang sudah meninggal namanya ditulis dengan tinta hitam, sedangkan yang masih hidup dengan tinta merah. Selain untuk hal itu, menulis nama seseorang dengan tinta merah dianggap hal yang buruk, tidak sopan, dan membawa kesialan. Saat ini, mitos yang satu ini sering dikaitkan dengan etika bisnis dan sosial. Jadi pastikan untuk membuang pena dengan tinta merahmu sebelum pergi ke Jepang.