Berita Jepang | Japanesestation.com

Menindik telinga dan memakai anting-anting bagi wanita sudah bukan hal baru lagi, entah tradisi ini kapan dimulai, namun yang pasti rata-rata wanita di dunia hampir semua pernah menindik telinga. Tapi hal tersebut bertolak belakang di Jepang. Seperti dikutip dari www.japantoday.com. Pada tahun 1990 ada sebuah legenda yang cukup mengerikan terjadi di Jepang dan yang pasti semua remaja Jepang mempercayai kebenaran cerita ini sehingga tidak ada yang berani menindik telinganya. Konon, ada seorang gadis 15 tahun meminta agar orang tuanya mengizinkan dia bisa menindik telinganya seperti dengan teman-teman bermainnya. Ia berkata bahwa semua anak perempuan di kelasnya sudah menindik telinganya, hanya ia saja yang belum. Karena sang gadis merengek terus-menerus, merekapun akhirnya mengizinkannya. Orang tua gadis itu lalu memberinya sejumlah uang dan menyuruh gadis itu untuk menindik telinganya di toko perhiasan yang terdapat di kota itu. Tapi gadis ini tidak mendengarkan, Ia menyimpan uang pemberian orang tuanya dan memutuskan untuk menindik telinganya sendiri. Iapun meminta teman sekelasnya untuk membantu menindik telinganya. Mereka menggunakan jarum yang dipanaskan dan kemudian ditusukkan ke kedua cuping telinga gadis itu. Awalnya ia merasa sangat kesakitan, tapi begitu melihat hasilnya, ia sangat puas. Ia kini bisa memakai anting-anting pilihannya dan tampil penuh gaya seperti gadis-gadis lain di sekolahnya.

Namun keesokan harinya gadis ini terbangun karena rasa gatal yang teramat sangat di telinganya. Rupanya cuping telinga yang ia tindik terlihat merah dan meradang. Dan terlihat ada seutas benang putih kecil menjulur dari lubang yang ia buat semalam di cuping telinganya.

white string Merasa penasaran, iapun menarik benang itu, benang itu sangat halus dan panjang. Ia menariknya terus-menerus, namun seakan-akan benang itu tak ada habis-habisnya. Merasa tak sabar, gadis itu mengambil gunting dan memotong benang putih itu. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap, ia sangat ketakutan dan terus memanggil kedua orang tuanya. Orang tuanya yang panik segera membawanya ke rumah sakit. "Mengapa kamu bisa jadi begini?" tanya dokter yang memeriksanya. Kemudian gadis itu menceritakan semuanya. Sang dokter menjawab dengan suara sedih, "Maaf, tapi harus kukatakan bahwa kamu akan mengalami hal ini seumur hidupmu." "Kenapa?" tanya gadis itu dengan rasa heran. "Benang putih yang kamu potong itu bukan sembarang benang putih" jawab dokter. "Benang apa itu?" tanya gadis itu, putus asa. Dengan nada sedih sang dokter menjawab "Itu saraf matamu."