Berita Jepang | Japanesestation.com

Dengan dicabutnya keadaan darurat coronavirus secara resmi oleh pemerintah daerah di Jepang, sejumlah orang yang selama ini melakukan work from home sekarang beralih kembali bekerja di kantor. Namun pada saat yang sama, sebagian besar pejabat kesehatan masih mendorong masyarakat untuk menahan diri tidak berkumpul dengan orang lain. Kedua hal itu saling bertolak belakang, karena tidak masalah jika kalian menghabiskan waktu di bioskop, restoran, atau kantor, tapi berada di dekat orang lain di ruang tertutup dapat meningkatkan risiko penularan coronavirus, terutama di lingkungan perkantoran. Oleh sebab itu kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan di mana pun, salah satunya adalah etika batuk.

Ruangan Perkantoran Jepang (soranews24.com)
Ruangan Perkantoran Jepang (soranews24.com)

Seperti yang ditunjukkan pada foto di atas, di Jepang, sebagian besar pegawai kantor tidak memiliki ruangan pribadi. Bahkan manajer tingkat atas umumnya duduk di ruangan bersama dengan seluruh staf, dengan pekerja duduk di antara barisan meja. Untuk hampir selama jam kerja, kalian akan memiliki seseorang duduk di sebelah, dan juga di depan kalian. Jelas itu menunjukan akan banyak orang berada dekat satu sama lain, dan ini bukanlah yang diinginkan dengan masih ada kemungkinannya virus di sekitar kita. Tetapi yang lebih buruk adalah apa yang terjadi ketika seseorang batuk tanpa menutup mulut mereka.

Pusat Penelitian Dinamika Biosistem RIKEN Jepang, yang juga dikenal sebagai Institut Penelitian Fisik dan Kimia, baru-baru ini menjalankan simulasi tentang apa yang terjadi pada semua partikel yang terbang keluar dari mulut seseorang ketika mereka batuk. Video di bawah ini menunjukkan hasilnya, dan seperti yang kalian lihat, hasilnya menjijikkan dan mengganggu.

Simulasi di awal video menunjukkan apa yang akan terjadi bahkan jika kantor-kantor Jepang menambahkan penghalang padat antar pekerja. Setelah aliran partikel awalnya mengenai penghalang, momentum mereka membawa mereka ke atas dan melewati dinding. Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan superkomputer Fugaku prosesor Fujitsu RIKEN. Tes kedua, ditunjukkan pada tanda detik ke-8 video, yang menunjukkan bahwa untuk menjaga agar orang yang berasa di depan pelaku batuk dan tidak terkena partikel yang disemburkan, penghalang harus setinggi bagian atas kepala pelaku batuk, dan bahkan beberapa cairan droplets yang bersumber dari mulut bisa jatuh ke meja orang lain.

Ada lebih banyak berita buruk di detik ke-22 dalam video yang menunjukkan situasi dalam kereta. Walaupun mungkin terlihat sangat tidak realistis untuk para penumpang dari negara lain, kondisi seperti itu biasa terjadi pada jam-jam sibuk di kota-kota besar di Jepang.

Untuk simulasi ini, RIKEN menghitung apa yang akan terjadi pada aliran udara di kereta seperti itu jika bergerak dengan kecepatan 80 kilometer per jam dengan jendela yang terbuka. Seperti yang ditunjukkan oleh garis-garis berwarna, udara bergerak di sekitar kereta, tetapi tidak pernah benar-benar meninggalkan kereta, dan dengan demikian tidak ada ventilasi signifikan yang terjadi. Banyak operator kereta di Jepang telah mulai membiarkan jendela kereta terbuka sebagai tindakan pencegahan terhadap virus korona, tetapi simulasi RIKEN mengatakan bahwa jika kereta itu ramai seperti biasanya ketika semua orang pulang-pergi ke kantor, tidak akan perbedaan yang signifikan.

Menutup mulut saat batuk (soranews24.com)
Menutup mulut saat batuk (soranews24.com)

Dengan angka infeksi Tokyo menunjukkan kenaikan minggu ini, mudah-mudahan data RIKEN akan mendorong para pengusaha untuk mengizinkan karyawan yang dapat bekerja dari rumah, dan bahkan jika tidak, itu adalah pengingat serius bahwa kita harus terus mengenakan masker saat berada di kantor, dan bahwa di atas segalanya kita harus selalu, selalu menutup mulut ketika sedang batuk.