Dilansir dari Japan Today, testing kit yang akan diimpor dari Cina ini akan mulai dijual pada minggu depan, terang perwakilan dari Kurabo Industries, Ltd. kepada media pada Kamis (12/03/2020) kemarin. Durasi yang dibutuhkan testing kit ini untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak dapat terbilang memakan waktu yang sangat singkat, jauh lebih singkat daripada testing kit yang sekarang banyak digunakan.
Testing kit ini menggunakan metode sebagai berikut: pertama, sedikit sampel darah akan diambil dari pasien, kemudian sampel darah tesebut dicampur dengan sebuah reagent dan dapat memperlihatkan hasilnya hanya dalam waktu 15 menit.
Testing kit COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan partner dari Kurabo di Cina ini akan dijual mulai hari Senin minggu depan. Testing kit ini dinyatakan cukup efektif untuk mendeteksi infeksi virus pada tahap awal, tidak seperti testing kit yang digunakan di Cina sendiri.
Rencananya, Kurabo akana menjual testing kit ini seharga 25,000 yen atau sekitar Rp. 3.500.000,- belum termasuk pajak. Testing Kit ini akan dijual kepada lembaga-lembaga pengetesan dan penelitian. Satu testing kit dapat memeriksa hingga 10 sampel.
Dengan semakin bertambahnya jumlah orang yang terinfeksi, tuntutan untuk pemeriksaan yang lebih cepat dan efektif pun semakin meningkat, sehingga memaksa untuk lembaga penelitian dan perusahaan obat-obatan untuk meningkatkan kinerja mereka dalam mengembangkan metode diagnosis yang baru.
Adapun perusahaan lainnya seperti perusahaan pembuat peralatan presisi, Shimadzu Corp., menyatakan tengah mengembangkan sebuah metode diagnosis yang dapat mendeteksi infeksi virus corona dalam waktu 1 jam yang rencananya akan dirilis pada akhir bulan Maret ini.
Sementara itu prefektur Kanagawa dan sebuah lembaga penelitian dukungan pemerintah, Riken, juga menyatakan bahwa baru-baru ini mereka bergabung untuk mengembangkan sebuah metode diagnosis yang bisa menyimpulkan apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak dalam waktu 30 menit saja.
Nah, itu kabar dari Jepang dan bagaimana ya dengan tindak lanjut pemerintah Indonesia sendiri ya?