Berita Jepang | Japanesestation.com

Sulitnya mencari “darah baru” untuk terjun ke dalam sindikat kriminal yakuza memaksa segerombolan  pria paruh baya melakukan hal-hal kotor. Ya, menurut laporan kepolisian, ini adalah kali pertama sejak 2006 silam, di mana 51,2% anggota reguler yakuza berumur 50 tahun ke atas. Hal ini diduga kuat disebabkan oleh adanya hukum anti yakuza. 

Dilansir dari Guardian, pada 2006 silam, mayoritas anggota yakuza (sekitar 30,6%), berumur 30 tahunan. Namun kini, anggota yakuza berusia 30 tahunan hanya berjumlah 14% saja. Bahkan, mereka yang berumur 20 tahunan kurang dari 5%, sementara jumlah lansia melebihi 10%.   

Ilustrasi yakuza (nippon.com)

Kepolisian sendiri telah berusaha keras melebihi 1 dekade lamanya untuk menindak geng-geng besar yakuza. Namun, situasi ekonomi membuat para yakuza pun sulit menggoda pemuda-pemuda Jepang dengan menjanjikan mereka untuk mendapatkan uang yang mudah. Malah, para yakuza harus menghadapi risiko ditangkap dan menggantikan posisi bos mereka dalam penjara tanpa prospek pensiun.  

“Tentunya turunnya populasi Jepang menjadi salah satu faktornya. Namun, kini yakuza bukanlah lagi sebuah posisi yang atraktif bagi pemuda Jepang,” ujar Tomohiko Suzuki, pengarang sekaligus ahli yakuza pada Guardian. 

“Mereka harus mengorbankan banyak hal agar bisa hidup sebagai seorang gangster,” tambahnya. 

Hukum yang lebih ketat, termasuk hukum yang menindak bisnis yang terkait dengan geng membuat kehidupan para kriminal makin tak menarik saja. Hukum ini memang membuat anggota yakuza tak dapat lagi membuka rekening bank, mendapat kartu kredit, menggunakan layanan asuransi, bahkan tak bisa mendapatkan handphone.   

“Waktu telah berubah” 

Seorang mantan yakuza yang pensiun saat berusia 70 tahunan mengatakan bahwa dia menyaksikan banyak pemuda Jepang  tak lagi tertarik dan mengundurkan diri di tahun yang sama saat mereka direkrut.  

“Generasiku bermimpi untuk menjadi yakuza dengan jabatan tinggi yang populer dengan wanita, memiliki uang dan mengendarai mobil mewah,” ujarnya pada Asahi Shimbun.  

“Namun, waktu telah berubah. Pemuda saat ini tidak menyukai terikat dengan sebuah geng,” tambahnya.  

Menuanya komunitas kriminal Jepang bergerak seiring menurunnya jumlah anggota yakuza.Pada tahun 1960 silam, yakuza memiliki lebih dari 180,000 anggota, saat masyarakat memandang yakuza sebagai penjahat terhormat.  

asal usul Yakuza japanesestation.com
Yakuza dari Klan Yamaguchi (nippon.com)

Namun, jumlah itu turun mulai 2006, di mana hanya ada 87.000 gangster, termasuk mereka yang tidak resmi terdaftar sebagai yakuza. Kini, hanya ada 14.400 orang yang terdaftar bersama dengan 13.800 rekan mereka, dengan Yamaguchi-gumi yang dipimpin oleh Shinobu Tsukasa (78) lah yang terbesar dengan 8.900 anggota. 

Perang wilayah yang dulunya dilakukan oleh pemuda yang ingin membuat bos mereka terkesan, sekarang dilakukan oleh pria paruh baya. Ketika dua gangster yang disinyalir sebagai saingan Yamaguchi-gumi ditembak mati di jalan Oktober lalu, polisi menangkap seorang tersangka berusia 68 tahun. 

yakuza Jepang hukum japanesestation.com
Peserta dengan tattoo Jepang tradisonal yang terkait dengan articipants with Yakuza, berjalan menyusuri distrik Asakusa saat festival tahunan Sanja Matsuri di Tokyo (Behrouz Mehri/AFP)

Dulu, para gangster muda rela melakukan tindak kriminal mengikuti oyabun (bos yakuza) dan ke luar dari penjara saat berusia 40 tahunan dengan reputasi terangkat dan status finansial yang terjamin. Namun, dengan hukuman yang lebih lama seperti saat ini, berarti imbalan atas keberanian dan kesetiaan pada atasan tak lagi terjamin.  

“Jika kamu masuk penjara sekarang, tamatlah riwayatmu,” ujar Suzuki.  

Kenggotaan yakuza memang terjun bebas sejak pertengahan tahun 2000, seiring tekanan penduduk pada pemerintah setempat untuk mengusir yakuza setelah bertahun-tahun terjadinya insiden kekerasan yang mayoritas melibatkan Kudo-kai, salah satu gang yang ditakuti di Kitakyushu.  

Menurut Suzuki, bersama dengan lebih dari 2 dekade tanpa kepastian ekonomi, “hukum anti yakuza” melemahkan peran yakuza dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. 

“Meski polisi tidak mengatakannya, kita kini telah ada di zaman di mana yakuza tak lagi relevan dalam kehidupan masyarakat Jepang,” ujarnya.  

Kembali ke pensiunan yakuza yang kini tinggal di sebuah apartemen murah di Osaka. Ia mengatakan bahwa ia memiliki perasaan campur aduk terhadap masalah yakuza.  

“Aku berhasil bertahan hidup hingga hari ini,” katanya. 

“Namun aku tidak akan menjadi yakuza jika aku mendapatkan kesempatan kembali. Aku 3 kali masuk penjara dan kini tak memiliki uang, keluarga, dan pekerjaan,” tutupnya.