Berita Jepang | Japanesestation.com

Seorang lansia Jepang tertangkap dan ditahan dengan dakwaan 25 tahun hukuman kurung di Kamboja setelah dinyatakan bersalah atas penyelundupan narkoba pada Selasa (15/9) lalu. Hal ini dinilai merupakan salah satu contoh bagaimana kelompok yakuza Jepang mulai memanfaatkan para lansia Jepang dengan iming-iming “uang cepat."

Dilansir dari SCMP, Pengadilan Kota Phnom Penh menemukan bahwa pria tersebut, Shunichi Nonaka (72), didakwa bersalah atas tuduhan “perdagangan, penyimpanan dan penyelundupan” metamfetamin. Ia pun ditahan pada Februari lalu di bandara internasional Kamboja sebelum ia dapat kembali terbang ke Jepang via Korea Selatan.

Saat pemeriksaan X-ray, petugas menemukan 1,7 kg obat terlarang yang terbungkus plastik di dalam kopernya. Nonaka mengatakan pada pennyidik bahwa paket tersebut ia dapatkan dari seorang pria yang tinggal di Phnom Penh sesaat setelah kedatangannya di kota tersebut dua hari sebelumnya. Pihak berwenang pun meyakini bahwa operasi tersebut adalah perbuatan kelompok penyelundup yang terorganisir.

yakuza lansia Jepang japanesestation.com
Foto metamfetamin yang ditemukan dari koper Nonaka (scmp.com)

“Kelompok dari dunia bawah Jepang (yakuza dan sebagainya) mulai mencari cara lain untuk mendapatkan pemasukan. Salah satu dari hal tersebut adalah melibatkan lansia dalam penyelundupan barang haram,” ujar Nagamoto Kuroda, direktur pelaksana serta kepala konsultan forensik dan litigasi untuk FTI Consulting di Tokyo.

Kuroda mengatakan bahwa tak hanya narkotika, para lansia ini juga kerap diperintahkan untuk menyelundupkan emas dan obat-obatan palsu karena lansia dinilai tidak terlalu mencurigakan.

Hal serupa pun sempat dialami oleh Zachary Arnold (68) seorang warga berkebangsaan Amerika yang ditahan di Bandara Fukuoka pada Desember 2019 silam karena kedapatan membawa sekitar 10.000 tablet ekstasi setelah penerbangannya dari Perancis yang sempat berhenti di Korea Selatan. Barang haram dengan berat 4,7kg dan diperkirakan harganya mencapai 40 juta yen tersebut merupakan barang selundupan terbesar yang ditemukan di bandara tersebut.

Ketika ditanya pihak berwenang, Arnold mengatakan bahwa ia “hanya diminta untuk membawa koper tersebut” dan “tak mengetahui apa isi koper tersebut”.

Seorang politikus Jepang, Takuma Sakuragi (76) juga mengalami hal yang sama. Ia dihukum kurungan penjara pada November lalu setelah kedapatan membawa 3,3 kilogram metamfetamin dalam kopernya saat diperiksa di Guangzhou Baiyun International Airport di Provinsi Guangdong.

Terkait hal ini, Jake Adelstein, seorang jurnalis spesialis kelompok dunia bawah Jepang, mengatakan bahwa kini, yakuza sudah semakin menua dan usianya pun sudah mencapai 50 tahunan (seperti disinggung dalam artikel JS, Turunnya Jumlah Anggota Yakuza Jepang, Dampak Hukum Anti Yakuza?) dan mereka tak ingin mengotori tangan mereka dengan melakukan hal-hal seperti itu.

“Hal ini merupakan contoh dari istilah ‘hinkon biz’, atau skema moneymaking yang melibatkan lansia sebagai korbannya,” ujar Adelstein.

“Mereka adalah orang-orang yang menginjak usia 50-an saat resesi global pada 2007 silam, di-PHK dan terlalu tua untuk kembali bekerja saat keadaan ekonomi kembali membaik,” tambahnya.

yakuza lansia Jepang japanesestation.com
Lansia Jepang (scmp.com)

Adelstein mengatakan, lansia Jepang yang cocok dengan deskripsi ini bukan hanya kehilangan pendapatan masa depan mereka, namun juga tak dapat membayar skema pensiun nasional, sehingga dana pensiunan yang mereka dapat tak mencukupi untuk hidup. Ia juga mengatakan bahwa fakta penangkapan Nonaka di Kamboja itu “menarik” karena di negara itulah mantan gembong yakuza, Tadamasa Goto bermarkas selama beberapa tahun terakhir, meski tak ada bukti yang menghubungkan kasus tersebut pada Goto.

Gang penyelundup memang tak peduli jika seseorang yang mereka pekerjakan tertangkap. Adelstein mengatakan bahwa pengadilan di Jepang tidak terlalu tegas terhadap lansia yang tertangkap menyelundupkan sesuatu dan memberi hukuman yang tak seberapa. Meskipun begitu, jika mereka tertangkap dalam yurisdiksi lain, para hakim akan lebih “kejam.”

“Menyelundupkan obat-obatan terlarang tak akan menghasilkan miliaran yen bagi yakuza, meski akan membuat mereka tetap akan mendapat jutaan yen. Karena itu, hal ini merupakan salah satu sumber terbaik untuk mendapatkan uang, sementara bisnis lain seperti jaminan perlindungan dan judi ilegal menjadi target empuk polisi,” pungkas Adelstein.