Berita Jepang | Japanesestation.com

Dikenal sebagai negara dengan teknologi maju nampaknya tidak membuat Jepang menjadi negara terdepan yang menggunakan sistem pembayaran non-tunai. Negeri sakura menjadi salah satu negara yang tertinggal dalam mengadopsi sistem pembayaran non-tunai. Menurut pemerintah, hal ini disebabkan oleh populasi Jepang yang menua dan penduduk yang lebih suka menggunakan uang tunai.

Berdasarkan data yang dibagikan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri melalui Kyodo, jumlah konsumsi non-tunai di Jepang mencapai angka 39,3% dari keseluruhan konsumsi pada tahun 2023. Pemerintah sendiri berusaha mencapai angka 40% pada tahun 2025.

Meski hampir mencapai 50%, menurut Payments Japan Association, Korea Selatan mencatatkan angka 95,3%, Tiongkok mencatatkan angka 83,8%, dan Australia mencatatkan angka 72,8% di tahu 2021.

Menurut pihak kementerian, selain penduduk Jepang yang menua, kecenderungan penduduk untuk menggunakan uang tunai ikut berpengaruh pada lambatnya perkembangan sistem pembayaran non-tunai. Pemerintah berencana akan mendorong sistem pembayaran non-tunai dengan melakukan promosi lebih banyak.

Hingga saat ini, kartu kredit masih menjadi pilihan favorit untuk transaksi non-tunai dengan total 83,5%, diikuti dengan metode QR Code 8,6%, uang digital 5,1%, dan kartu debit 2,9%.

Pembayaran non-tunai mengalami kenaikan signifikan saat pandemi Covid-19 karena para konsumen menghindari adanya kontak fisik dan adanya program poin yang dapat ditukar dengan hadiah tertentu.