Berita Jepang | Japanesestation.com

Pandemi virus corona yang tak kunjung usai memang menimbulkan kekacauan di berbagai sektor ekonomi, seperti lapangan kerja yang menurun dan angka pengangguran yang meningkat. Dan nyatanya, dua hal tersebut kini membangkitkan kekhawatiran baru, makin rendahnya angka kelahiran di Jepang.

Dilansir dari Japan Today, angka kelahiran di Jepang turun hingga di bawah 900.000 pada tahun lalu untuk pertama kalinya, membuat populasi pekerja di negeri sakura tersebut makin menurun di saat pengeluaran jaminan sosial untuk menutupi biaya para pensiunan dan biaya kesehatan lansia meningkat karena tingginya populasi lansia.

"Beberapa survei yang dilakukan oleh sektor swasta bahkan memprediksi bahwa angka kelahiran akan menurun hingga  di bawah 700.000 pada tahun depan akibat dampak virus corona. Ini benar-benar keadaan darurat,” ujar salah satu anggota Partai Liberal Demokrat, Masaji Matsuyama, yang dipercaya untuk menangani masalah turunnya angka kelahiran antara 2017 dan 2018.

angka kelahiran Jepang turun japanesestation.com
Ilustrasi bayi (pakutaso.com)

Sebenarnya, Jepang telah mendorong warganya untuk memiliki lebih banyak bayi pada awal 1990-an setelah angka kelahiran turun hingga 1,57 pada 1989 dan menurun di bawah 1,58 pada 1966, di tahun yang disebut hinoe-uma (kuda api), tahun di mana muncul takhayul yang mengatakan bahwa angka kelahiran turun karena para gadis yang lahir pada tahun hinoe-umai tu jahat dan dapat membunuh suami mereka kelak.

Sejak peurunan tersebut, pemerintah Jepang pun melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, mulai dari membangun lebih banyak pra sekolah untuk memfasilitasi para ibu pekerja dengan memberikan lebih banyak keuntungan bagi anak serta mengurangi biaya pemeriksaan pra-kelahiran. Sayangnya, langkah-langkah ini gagal. Meski sempat naik menyentuh angka 4,54 pada 1947, angka kelahiran kembali turun menjadi 1,26 pada 2005. Angka ini sempat sedikit meningkat menjadi 1,45 pada 2015 dan kembali menurun menuju 1,36 pada 2019.

"Negara harus menunjukkan pada publik bahwa masalah ini serius,” ujar Matsuyama yang juga menjadi ketua LDP Policy Board di majelis tinggi.  

Menurutnya, “aturan keras” sangat dibutuhkan untuk memotivasi anak muda Jepang untuk memiliki dan membesarkan anak.

Salah satu langkah yang diminta Matsuyama adalah menyediakan minimal 1 juta yen untuk setiap anak yang lahir, yang merupakan salah satu dari sekumpulan proposal yang disusun pada bulan April oleh dewan yang bertugas menangkal penurunan angka kelahiran.

angka kelahiran Jepang turun japanesestation.com
Ilustrasi bayi (pakutaso.com)

Sementara itu, Makiko Nakamuro, seorang profesor di Keio University Tokyo, mengatakan bahwa pemerintah harus “membalikkan cara berpikir mereka” dan mulai mengalokasikan lebih banyak budget bagi pendidikan dan anak-anak jika ingin meningkatkan angka kelahiran.

"Berdasarkan data dari Organization for Economic Cooperation and Development, proporsi pengeluaran Jepang untuk pendidikan umum ada di tingkat terendah di antara negara maju lain,” ujar Nakamuro di interview terpisah.  

“Pemerintah juga seharusnya meningkatkan angka pra sekolah di Jepang,” tambahnya.

Menurut Nakamuro, sekitar 20 tahun yang lalu, pra sekolah dapat membantu keluarga yang berpendapatan rendah.

"Biaya pra sekolah ditentukan berdasarkan pendapatan orang tuanya,” kata dia,

Sementara itu, kabinet telah menyetujui pedoman kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kelahiran menjadi 1,8 dan menyerukan penyediaan lebih banyak dana publik untuk perawatan kesuburan bagi orang-orang akan menikah di kemudian hari. Pedoman kebijakan ini juga akan meningkatkan nilai tunjangan bagi para ayah yang mengambil cuti untuk mengurus anak mereka dan lebih banyak keuntungan bagi anak.

angka kelahiran Jepang turun japanesestation.com
Ilustrasi anak (pakutaso.com)

Meskipun begitu, para birokrat skeptis apakah negara dapat mengamankan keuangan merek untuk menerapkan langkah-langkah tersebut karena pandemi virus corona yang memberikan pukulan telak bagi kas negara.

"Sumber daya finansial sama sekali tidak terlihat,” ujar salah satu pejabat pemerintah yang terlibat dalam usaha peningkatan angka kelahiran Jepang.

Untuk perkiraan populasi Jepang ke depannya, sebuah kembaga pemerintah memperkirakan bahwa jumlah populasi Jepang pada 2053 mendatang akan menurun menjadi di bawah 100 juta dan mencapai 88,08 juta saja pada 2065 di mana orang-orang berumur 65 tahun atau lebih menjadi 38,4 persen dari populasi.