Negara Jepang memang memiliki perkembangan yang baik dalam hal teknologi, hiburan, pariwisata dan banyak lainnya. Namun tidak dengan angka kelahiran masyarakatnya. Berbagai macam hal mempengaruhi angka kelahiran ini. Berikut adalah 4 alasan mengapa para ibu di Jepang memilih pulang kampung saat hamil dan hubungannya dengan angka kelahiran di Jepang yang terus menurun.
1. Rasa sakit saat dan setelah melahirkan
Saat dan setelah melahirkan, sakit yang dirasakan seorang ibu sangat besar, membuat mereka sulit untuk melakukan pekerjaan rumah tangga sendirian. Banyak ibu di Jepang yang memilih untuk pulang kampung karena akan ada keluarga yang membantunya di sana.
Tentu saja hal ini terjadi pada para ibu yang melakukan proses persalinan dengan normal yang memang sudah lazim di Jepang. Masih banyak rumah sakit Jepang yang belum dapat menangani proses persalinan tanpa mengakibatkan rasa sakit pada ibu yang melahirkan. Proses persalinan tanpa rasa sakit ini bukan berarti tidak memiliki kerugian, hal ini akan tetap ada baik dalam proses persalinan normal maupun tidak, namun proses persalinan tanpa rasa sakit memiliki keuntungan yang besar karena ibu dapat kembali ke kondisi tubuh yang prima tanpa memakan waktu lama setelah melahirkan dan dapat fokus melakukan aktivitas kembali seperti mengurus anak. Akan tetapi jumlah rumah sakit yang terbatas dan harga yang mahal membuat para ibu di Jepang tetap melakukan proses persalinan dengan normal. Dibutuhkan waktu yang banyak untuk kembali ke keadaan prima setelah proses persalinan dengan normal.
Hal di atas membuat ibu yang sedang hamil memilih pulang kampung atau bahkan tidak punya anak sama sekali.
2. Sedikitnya cuti libur untuk mengurus anak bagi pria
Cuti libur untuk mengurus anak bagi para pria diperbolehkan oleh hukum di Jepang. Namun berbeda dengan negara lainnya, tingkat cuti yang diperbolehkan sangat sedikit hanya 1-5 hari tergantung perusahaan tempat pria tersebut bekerja. Hal ini membuat suami sibuk bekerja dan sang istri mengurus anak sendirian. Memilih untuk pulang kampung atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali adalah pilihan terbaik bagi mereka.
3. Tidak memilki kebudayaan berbagi pekerjaan rumah dengan suami
Pekerjaan rumah di Jepang 2 kali lebih buruk daripada pekerjaan rumah di negara lain. Mengapa? Karena di Jepang pembagian kerja pada rumah tangga yaitu, paling tinggi 10% suami dan 90% istri. Walaupun hal ini tidak terjadi pada pasangan muda, namun masih banyak pria Jepang yang membiarkan istrinya melakukan kegiatan rumah tangga dan mengurus anaknya sendiri.
Rasa ketidakadilan ini yang membuat ibu yang sedang hamil pulang kampung atau tidak punya anak sama sekali.
4. Pandangan mengurus anak di Jepang
Orang Jepang memilki berbagai macam norma dan peraturan tentang mengurus anak, seperti bagaimana tas sekolah anak saat harus dibuat dan dipesan secara spesial dengan harga yang fastastis, tempat makan anak yang harus lucu, sang ibu seharusnya melakukan ini, sang ayah seharusnya melakukan itu, dan sebagainya. Hal ini membuat banyak keluarga di Jepang memandang bahwa mempunyai dan mengurus anak itu adalah hal yang merepotkan, sehingga sang ibu harus pulang kampung agar bisa dibantu oleh keluarganya di sana atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.
Mempunyai anak bukanlah hal yang mudah di Jepang, namun bukankah itu tujuan menjadi sebuah keluarga? Bagaimana jumlah populasi orang Jepang di masa mendatang ya kalau angka kelahiran di Jepang terus menurun?
(Featured image: madameriri.com)