Jepang memang dikenal sebagai negara yang kejam saat zaman Perang Dunia II dulu, baik pada negara jajahannya dan orang-orang dari negaranya sendiri. Tapi, apakah kalian pernah bertanya-tanya apa alasan di balik penjajahan Jepang di Asia Tenggara? Apakah semata-mata ingin memperluas kekuasaan saja? Untuk menjawabnya, simak fakta di balik penjajahan Jepang terhadap Asia Tenggara berikut!
Imperialisme ala Jepang
Upaya dan ambisi kekaisaran Jepang terhadap Asia berakar pada kolonialisme Jepang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, setelah restorasi Meiji yang ditandai denga modernisasi yang ekstensif, industrialisasi yang pesat, dan kemandirian negara.
Nah, kolonialisme Jepang selama Perang Dunia II sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis: anti-nasionalistik, seperti di Taiwan dan Korea; dan nasionalistik, seperti di Manchuria dan Asia Tenggara. Tipe pertama adalah memperluas kekuasaan dengan tujuan kemakmuran Jepang, sedangkan yang kedua lebih taktis dan berjangka pendek dengan tujuan mengamankan sumber daya dan mengalahkan pasukan Sekutu, yang juga memiliki kepentingan kolonial di Asia.
Retorika 'kesejahteraan bersama dan hidup berdampingan' dengan Asia Tenggara
Jepang mengibarkan sayap ke negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, dan Indonesia dengan harapan kekuatan kolonial Eropa akan memudar dan membuat ekspansi Jepang berhasil.
Nah, salah satu taktik yang digunakan Jepang adalah retorika pan-Asia tentang 'kemakmuran dan hidup berdampingan' yang mendefinisikan bahasa politik dan propaganda perang Jepang di Asia Tenggara. Jepang menekankan 'persaudaraan Asia' (mungkin kalian ingat dengan propaganda Tiga A dalam buku sejarah) dan mengklaim mereka akan membantu negara jajahannya untuk melepaskan diri dari kendali Eropa (tentu bohong) sembari mengambil peran kepemimpinan regional.
Mencari sumber daya saat perang
Tujuan asli penjajahan adalah untuk mengamankan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun alam. Dalam kasus Jepang misalnya, mereka sebenarnya memiliki kekuatan industri regional yang kuat meski kekurangan sumber daya alam. Memang, sebelumnya mereka terlibat dalam proyek kekaisaran besar di Korea dan Cina, namun nampaknya Jepang tidak bisa melewatkan kesempatan emas untuk meraup keuntungan lebih banyak.
Dengan adanya keterlibatan Eropa, Jepang pun maju ke Asia Tenggara untuk memperluas wilayah militernya sambil mendorong pertumbuhan industri dan modernisasi di dalam negerinya sendiri.
Ketidaktahuan dan dogma
Menurut Sejarawan Nicholas Tarling, seorang ahli Kajian Asia Tenggara, banyak orang Eropa yang dibuat ngeri dengan kekerasan Jepang, dibuat bingung oleh tekad mereka dan dibuat terkesan dengan dedikasinya Jepang setelah melihat aksi Jepang di Asia Tenggara.
Para ahli juga mencatat bahwa meski Jepang tidak dapat bersaing dengan Sekutu dalam hal jumlah atau kualitas peralatan militer, Jepang dapat memanfaatkan 'kekuatan spiritual' dan komodifikasi ekstrim dari pasukannya. Ketika Jepang memperluas wilayah militernya, Jepang semakin menarik mereka yang kurang berpendidikan dan secara ekonomi terpinggirkan untuk kelas perwira. Nah, para perwira baru ini akan lebih rentan terhadap nasionalisme ekstrim dan pemujaan terhadap kaisar.
Nah, mungkin ada teman-teman bertanya-tanya mengapa kebrutalan Jepang di Filipina seperti pemenggalan massal, perbudakan seks, dan bayonet bayi bisa bertepatan dengan 'acara persahabatan Jepang-Filipina' yang menampilkan hiburan gratis dan perawatan medis? Aneh kan?
Ternyata ada alasannya.
Jadi, penduduk Jepang sebenarnya diberi tahu bahwa negara mereka bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara untuk membantu mendorong kemerdekaan mereka. Karena itulah hal di atas bisa terjadi. Jepang memang seram ya?
Intinya, meski penjajahan yang dilakukan Jepang terhitung singkat (1941-1945, tergantung negara), pendudukan Jepang di Asia Tenggara yang menjanjikan kesetaraan, persahabatan, otonomi, kerja sama dan kemakmuran bersama hanyalah janji belaka. Mereka hanya menunjukkan eksploitasi dan kebrutalan yang jauh lebih parah dibanding kolonisasi bangsa Eropa/ Pada akhirnya, propaganda “Asia untuk bangsa Asia” hanyalah sebuah tipu daya yang dihasilkan dari kejamnya pemerintahan kolonial dalam perang dulu.