Berita Jepang | Japanesestation.com

Meski pada akhirnya Jepang bertekuk lutut di depan Amerika Serikat setelah Perang Dunia II berakhir, serangan Pearl Harbor yang terjadi pada 7 Desember 1941 silam tetap saja menjadi sebuah mimipi buruk bagi tentara Amerika Serikat. Nah, tapi, mengapa Tentara Kekaisaran Jepang bisa melakukan serangan “kejutan” tersebut? Apakah ada pembelot yang membocorkan kelengahan dan gerak-gerik tentara Amerika pada Tentara Kekaisaran Jepang? Dan jawabannya, ada. Dia adalah Takeo Yoshikawa, mata-mata Jepang di Hawaii sebelum penyerangan Pearl Harbor. Ingin tahu lebih dalam tentang sosok yang “berjasa” dalam penyerangan Pearl Harbor ini? Simak kisah perjalanan hidupnya berikut!

Seperti sudah disebutkan di atas, Takeo Yoshikawa (吉川猛夫) adalah seorang mata-mata Jepang yang bertugas di Hawaii, lokasi di mana Pearl Harbor berdiri. Pria kelahiran 7 Maret 1912 ini menyamar sebagai seorang diplomat utusan Kemnterian Luar Negeri Jepang bernama Morimura Tadashi, meski sebenarnya ia bekerja untuk Tentara Kekaisaran Jepang. Saat itu, ia mengembang tugas untuk memberikan informasi terkait penyebaran, kedatangan, dan keberangkatan Angkatan Laut AS dari Pearl Harbor. Yoshikawa melakukan tugasnya dengan sangat berhati-hati, tidak membawa kamera, peta, atau dokumen apa pun bersamanya, ia juga tidak pernah mencatat apa pun yang dia amati.

pearl harbor mata-mata Jepang japanesestation.com
Takeo Yoshikawa (usni.org)

Yoshikawa memang sempurna untuk mengemban tugas ini karena ia memiliki latar belakang angkatan laut yang sangat kuat. Pada tahun 1933, ia lulus sebagai lulusan terbaik dari Akademi Angkatan Laut Jepang dan telah mempelajari program penerbangan, torpedo dan meriam kapal bersama Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Ia juga sempat bekerja sebagai seorang code officer dan berlayar bersama armored cruiser Asama. Sayangnya, karirnya yang cemerlang itu harus hancur akibat sebuah penyakit perut parah. Putus asa, Yoshikawa pun berusaha untuk bunuh diri tepat saat angkatan laut menawarkan sebuah pekerjaan baru untuknya di divisi inetelijen staf umum.

Empat tahun setelahnya dihabiskan Yoshikawa untuk mempelajari bahasa Inggris dan meneliti semua hal terkait Angkatan Laut AS dan pangkalannya. Pada tahun 1940, Yoshikawa mendapat perintah bahwa ia akan ditempatkan di Hawaii untuk menuamar sebagai seorang diplomat junior bernama Morimura, dan melaporkan laporannya melaui sebuah pesan telegram. Akhirnya, pada Januari 1941, rencana pun disusun oleh Komandan Armada Gabungan Isoroku Yamamoto. Rencana tersebut adalah sebuah serangan udara sebagai awal pembukaan perang. Yoshikawa pun akan menjadi satu-satunya mata-mata militer asal Jepang di Hawaii sekaligus menjadi aset informasi berharga milik Yamamoto.

Yoshikawa memulai pekerjaannya dengan membuat dirinya familiar dengan Hawaii dan fasilitas militernya. Untuk itu, ia kerap menyewa sebuah taksi yang dukemudikan oleh John Mikami, seorang hafu Hawaii-Jepang yang bekerja untuk konsulat. Tak butuh waktu lama, Yoshikawa pun telah berhasil mempelajari seluruh bagian Oahu dan Pearl Harbor, target utama serangan.

Tempat pengamatan favorit Yoshikawa adalah sebuah teahouse ala Jepang di Honolulu. Bukan hanya strategis, tempat ini cocok untuknya yang hobi minum-minum dan mengejar wanita. Shuncho ro (Spring Tide Restaurant) di Makanani Drive tersebut dikelola oleh seorang wanita asal Shikoku. Nah, keunggulan tempat ini adalah lantai duanya. Dari jendela depan, Yoshikawa dapat melihat Pulau Ford di pusat Pearl Harbor. Di sisi kirinya, ada Hickam Field yang digunakan para tentara. Teahouse ini memiliki 1-2 teleskop untuk melakukan pengamatan.  

pearl harbor mata-mata Jepang japanesestation.com
Penyerangan Pearl Harbor (nationalinterest.org)

Yoshikawa pun mengatur agar tidak terlihat mencurigakan saat ia memata-matai Pearl Harbor dan Lapangan Udara Hickam. Terkadang ia berdandan layaknya seorang buruh dan menaiki minibus menuju sebuah ladang tebu di Aiea, Dari situ, ia dapat melihat sebuah fasilitas kapal selam di Loch Tenggara pelabuhan. Sebuah dermaga di Kota Pearl pu n membuat operator Jepang dapat memasuki dan melihat isi Pulau Ford lebih jauh. Tentu saja hal ini tak disia-siakan Yoshikawa, ia pun memanfaatkan beberapa anggota konsulat untuk memberinya akses lebih di area ini.

Untuk menyempurnakan penyamarannya, Yoshikawa menghindari memasuki area ilegal atau mencuri dokumen dan hanya memanfaatkan ingatannya, tanpa memerlukan kamera dan catatan. Keterbukaan orang Amerika membuat Yoshikawa  bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara legal, seperti surat kabar.

Selain itu, agensi kontraintelijen AS juga melarang tentara AS untuk menggali lebih dalam soal konsulat. Meskipun begitu, penyadapan telepon tidak terlalu berguna karena bisa saja orang Amerika menguping. Kesuksesan Yoshikawa dalam hal ini pun dipengaruhi oleh ketakutan pemerintah Amerika terkait populasi dan usaha mereka dalam memastikan kesetiaan orang Jepang di area tersebut.

Yoshikawa pun perlahan mulai melihat pola aktivitas militer di Hawaii. Pada pertengahan 1941, meski informasinya tidak selalu akurat, ia berhasil memberi informasi berharga pada pemerintah Jepang. Ia juga mengetahui setiap nama kapal perang Amerika dan jadwal kapal-kapal itu ada di pelabuhan. Ia juga berhasil mengeliminasi situs-situs potensial lainnya, membuat rencana Yamamoto hanya berfokus pada Pearl Harbor.

Sayangnya, sempat terjadi masalah. Presiden Franklin Roosevelt sempat membekukan seluruh aset Jepang di AS dan menutup seluruh pelabuhan Amerika dari kapal Jepang dan membatasi penjualan minyak bumi ke Jepang karena takut akan berkembangnya Axis Power. Jika kantor konsulat Jepang ditutup layaknya konsulat Italia dan Jerman, akan berpengaruh pada rencana penyerangan Pearl Harbor.

Karena itu, pada bulan September, badan intelijen Jepang membahas gambaran umum terkait target mereka. Kini, mereka membutuhkan data terbaru terkait lokasi kapal perang, dan kekuatan angkatan udara AS.