Berita Jepang | Japanesestation.com

Tujuh puluh enam tahun lalu, tepatnya pada 7 April 1945, kapal perang terbesar di dunia, Yamato, ditenggelamkan oleh pesawat militan AS. Yamato, dalam misi bunuh diri Surface Special Attack Force, menyerang tentara AS yang mendarat di Okinawa dan dari  3.332 orang kru, hanya 276 orang yang bertahan.

Pertanyaannya, mengapa Jepang meluncurkan strategi misi bunuh diri ini dan siapa yang menjadi penggagasnya? Begini jawabannya.

Yamato sendiri rampung pada 16 Desember 1941. Dengan panjangnya yang mencapai 263 meter, lebar 38,9 meter dan berat sekitar 65.000 ton, Yamato pun dinobatkan sebagai kapal perang terbesar di dunia. Yamato juga memiliki 9 meriam yang dapat menembakkan peluru dengan berat 1,5 ton. Jarak tembak maksimumnya juga jauh, sekitar 42 kilometer. Intinya, ukuran dan jarak tembaknya jauh di atas kapal perang dari negara-negara lain deh.

kapal perang jepang yamato japanesestation.com
Yamato saat berlayar di Prefektur Kochi pada 1941. (wikipedia.org)

Sayangnya, meski disebut-sebut sebagai kapal perang terkuat di dunia, perkembangan pesat pesawat militer membuat nilai taktisnya jatuh. Yamato juga menghabiskan banyak bahan bakar, menjadikannya beban operasi militer Jepang. Namun, serangan pesawat AS telah dimulai dan serangan khusus dari pesawat sudah dimulai, menyebabkan Angkatan Laut Kekaisaran skeptis tentang apa yang dilakukan pasukan maritim.

Di tengah keadaan ini, 10 kapal (termasuk Yamato), diperintahkan Armada Gabungan (Combined Fleet, Rengou Kantai) Angkatan Laut Kekaisaran Jepang untuk melakukan sebuah misi bunuh diri ke Okinawa.

Yoshito Shimizu, kepala penembak Yamato, mengatakan pada jurnalis (saat ia masih hisup tentunya) bahwa serangan khusus tersebut sengat menonjol.

"Wakil komandan (Jiro) Nomura menunjukkan kopian perintah itu,” mujarnya mengenang bagaimana Nomura menjelaskan pada bawahannya bahwa mereka akan melakukan misi bunuh diri.

Sementara itu, seorang mantan perwira mengatakan, “Saya sangat ingat dengan kata-kata ‘serangan khusus’ itu. Wakil komandan Nomura mengatakan, 'Mohon relakan nyawamu.” Sang prajurit, yang ketika itu baru berusia 22 tahun langung berpikir, “Begitukah? Mengapa aku harus dilahirkan?”

"Rasanya seperti mendapat hukuman mati,” ujar mantan perwira lain.

Kabarnya, bahwa pernyataan Kaisar Hirohito (Kaisar Showa) memengaruhi keputusan untuk melancarkan serangan khusus itu. Pada 26 Maret 1945, Koshiro Oikawa, Kepala Staf Umum Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, bertemu langsung dengan Kaisar. Catatan yang berkaitan dengan Kaisar Showa yang dirilis oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran pada September 2014 berbunyi, "Kepala Staf Umum Angkatan Laut Kekaisaran Jepang akan bertemu dengan Kaisar di Gobunko (tempat perlindungan Kaisar di halaman Istana Kekaisaran selama Perang Dunia II). Selanjutnya, pada pukul 11:02, Panglima Armada Gabungan akan memerintahkan dimulainya Operasi Ten-ichi-go. "

Komponen utama Operasi Ten-ichi-go adalah serangan bunuh diri dari udara menuju Okinawa. Oikawa sendiri dikabarkan menjelaskan rincian rencana tersebut. Sayangnya, tak ada catatan yang berisi percakapan antara Oikawa dan Kaisar  Showa.

kapal perang jepang yamato japanesestation.com
Yamato terbakar dan mulai tenggelam pada 7 April 1945 (Mainichi)

Namun, catatan terkait hal tersebut ada dalam buku harian Laksamana Matome Ugaki yang diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai "Kemenangan yang Memudar: Buku Harian Laksamana Matome Ugaki, 1941-1945." Ugaki bertugas di berbagai posisi, termasuk sebagai Kepala Staf Armada Gabungan, dan menjadi kru Yamato selama Pertempuran Teluk Leyte pada tahun 1944.

Pada tanggal 7 April 1945, pada hari tenggelamnya Yamato, ia menulis dalam buku hariannya: "Penyebab utama hal ini adalah bahwa ketika melapor kepada Kaisar, Presiden Staf Jenderal Angkatan Laut telah menjawab pertanyaan terkait all-out attack yang dilakukan oleh armada angkatan laut tersebut dengan jawaban bahwa mereka akan menggunakan semua kekuatan militer Angkatan Laut Kekaisaran. "

kapal perang jepang yamato japanesestation.com
Yamato saat meledak (wikipedia.org)

Saat Oikawa menjelaskan strateginya pada Kaisar, Kaisar pun memberinya pernyataan terkait korps penerbangan namun tidak menanyakan secara spesifik terkait hal itu. Inilah yang membuat Oikawa menduga-duga apa yang dikatakan Kaisar dan menyimpulkan bahwa harus ada sebuah misi bunuh diri, yang berujung dengan terlibatnya Yamato.

Dalam serangan tersebut, Yamato hadir “telanjang,” dengan hampir tak adanya perlindungan dari pesawat. Dan setelah hampir 2 jam berperang, yamato dan 5 kapal lainnya tenggelam dan lebih dari 4.000 orang tewas dalam pertempuran tersebut.  

kapal perang jepang yamato japanesestation.com
Yahagi, salah satu dari 5 kapal lain yang tenggelam bersama Yamato .(wikipedia.org)

Konon, Kaisar Showa memiliki ekspetasi tinggi terhadap Yamato. Kaisar kabarnya sangat menyesali tenggelamnya Yamato dalam taktik sembrono tersebut.

"Fakta bahwa Yamato yang sangat kami banggakan diluncurkan dalam keadaan seperti itu, tanpa kontak dengan pesawat sama sekali. Itu adalah kegagalan besar,” tulis Kaisar dalam sebuah dokumen.

"Strategi tersebut sangat tidak konsisten dan pertempuran yang konyol,” tambahnya.

Bisa dikatakan bahwa taktik itulah yang menyebabkan Jepang kehilangan Yamato itu  menggambarkan  tokoh-tokoh penguasa yang tak bertanggung jawab dalam memulai perang karena mengetahui bahwa mereka tidak dapat menang dan terus berjuang bahkan ketika kekalahan tidak bisa lagi dihindari.