Berita Jepang | Japanesestation.com

COVID-19 memang membawa banyak dampak pada hubungan ekonomi dan politik berbagai negara, salah satunya Amerika Serikat. Menurut penilaian dari sebuah think tank (wadah pemikir) Australia pada Senin (19/10), Amerika Serikat telah kehilangan pengaruh yang cukup besar di area Indo-Pasifik akibat penanganan domestik dan internasional virus corona yang dilakukannya.

Dilansir dari Japan Today, Asia Power Index yang dirilis oleh Lowy Institute di Sydney itu memberikan ranking pada 26 negara dan wilayah berdasarkan kekuasaan yang mereka miliki di area tersebut. Kekuasaan itu ditentukan oleh 8 kategori, termasuk kemampuan militer, sumber daya ekonomi dan pengaruh diplomatik.

Meski Amerika Serikat berhasil mempertahankan posisinya sebagai negara terkuat di area tersebut dengan 81.6 poin, tetap saja jumlah itu hanya 10 poin lebih tinggi dibandingkan dengan Cina yang menjadi runner-up, berkurang setengahnya dibanding 2018 lalu.

Herve Lemahieu, direktur dari Asian Power and Diplomacy Program di institut tersebut mengatakan bahwa fakta Amerika Serikat yang menderita “pukulan besar” dalam reputasinya tersebut akibat penanganan pandemi tersebut menunjukkan konsekuensi dari kegagalan dalam kepemimpinan global.

"Hasilnya, sebuah peringatan bahwa legitimasi dan kepemimpinan di mata dunia dimulai dari kemampuan para pemimpin dalam memerintah,” tulis Lemahieu.

Meski pandemi memang menyebabkan kerusakan reputasi bagi Cina yang poinnya tetap tidak berubah di angka 76,1, pemulihan ekonomi Beijing yang kuat akan meningkatkan keprntingan ekonomi di area tersebut.

Cina juga telah meningkatkan kapabilitas militernya yang kini berada di peringkat kedua, di bawah Amerika Serikat.

Namun, Lemahieu mengatakan bahwa kurangnya kepercayaan antara Cina dan tetangganya berarti akan sulit membuat Beijing menggeser Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan di area tersebut. Berdasarkan fakta saat ini, Cina diperkirakan baru bisa menyempitkan jarak dengan Amerika Serikat pada akhir dekade ini.

Jepang sendiri tetap menempati posisi ketiga dengan 41 poin. Negara ini pun masih dideskripsikan sebagai "quintessential smart power" yang memiliki pengaruh besar di kawasan Indo-Pasifik meski sumber dayanya terbatas.

Meskipun begitu, laporan Asia Power Index mengatakan bahwa Tokyo membutuhkan waktu selama 1 dekade untuk kembali memperbaiki kondisi ekonominya selepas pandemi.