Berita Jepang | Japanesestation.com

Hotline bunuh diri Jepang tengah berusaha keras untuk tetap melayani banjirnya panggilan keluhan yang berasal dari orang-orang dengan masalah terkait virus corona atau masalah keuangan sambil tetap berusaha menjaga agar semua konselor mereka terhindar dari virus mematikan itu.  

Federasi Inochi no Denwa yang terdiri dari 50 organisasi pencegahan bunuh diri dengan sekitar 6000 konselor di seluruh penjuru Jepang mengatakan bahwa angka panggilan yang mereka terima melonjak tinggi setelah pemerintah Jepang mengumumkan status darurat COVID-19 bulan lalu dan meminta agar sebisa mungkin orang-orang menghindari kontak fisik.

Kebanyakan penelepon itu takut akan masa depan ekonomi dan pekerjaan mereka, mengingat banyak bisnis yang terpaksa ditutup atau merosotnya jumlah pelanggan mereka. Beberapa orang juga mengatakan mereka mulai berpikir untuk bunuh diri setelah anggota keluarga mereka terinfeksi COVID-19.

Tersangka pembunuhan diduga bunuh diri (theweek.in)
Ilustrasi bunuh diri (theweek.in)

Melonjaknya angka panggilan tersebut membuat beberapa anggota federasi khawatir dengan kondisi beberapa konselor mereka yang telah berumur memutuskan untuk menangguhkan layanan mereka. Meskipun begitu, pekerja lain tetap bekerja melayani penelepon di masa sulit ini, meski dengan waktu yang dikurangi.

Salah satu hotline yang paling sibuk adalah Saitama Inochi no Denwa yang menerima panggilan selama 24 jam setiap harinya. Mereka menerima sekitar 70 panggilan setiap harinya, dengan 70-80 persen panggilan tersebut terkait dengan virus corona. Naiknya jumlah penelepon ini mencapai sekitar 20 persen pada awal April.

Seorang staff wanita menerima panggilan dari seorang klien (japantoday.com)
Seorang staff wanita di Saitama sedang menerima panggilan dari seorang klien (japantoday.com)

Staf hotline tersebut mengatakan mayoritas penelepon berusia sekitar 40-50 tahun yang khawatir tentang pekerjaan mereka selama penurunan tingkat ekonomi ini. Setiap harinya, mereka juga mneerima panggilan dari beberapa orang yang mengungkapkan mereka sempat berpikir untuk bunuh diri.

Meski beberapa panggilan bisa mencapai 2 jam lamanya, jumlah konsultan yang bekerja dalam shift di Saitama Inochi no Denwa  dibatasi menjadi 2 hingga 3 staff saja setiap shift-nya.

"Kami dapat membuat sistem seperti ini karena ada beberapa konselor yang tetap datang meski ditentang keluarganya,"ujar Takeshi Naito, sekretaris jenderal cabang Saitama.

Sementara itu, para generasi muda yang lebih akrab dengan layanan chatting atau internet, biasanya menggunakan internet untuk mencari saran. Misalnya dengan Lifelink, layanan bantuan yang menawarkan jasa curhatnya dengan menggunakan aplikasi chatting populer, Line.

Sama seperti Inochi no Denwa, Lifelink juga mengatakan mengalami kenaikan panggilan yang berhubungan dengan masalah virus corona dengan beberapa di antaranya mengatakan mereka khawatir dengan masa depan akademik mereka dengan ditutupnya sekolah. Sementara beberapa panggilan lain datang dari orang tua yang stres karena harus tetap diam di rumah 24 jam bersama anak mereka.

Pusat pencegahan bunuh diri Tokyo yang merupakan anggota dari Befrienders Worldwide pun mulai melanjutkan layanan konsultasi via telepon mereka yang sebelumnya ditangguhkan sejak awal April. Mereka akan menawarkan layanan ini setiap Selasa di bulan Mei dan akan meningkatkan hari operasi mereka di bulan Juni nanti.

"Kami ingin agar orang-orang yang tidak dapat menceritakan kekhawatiran mereka pada orang lain ini dapat membagikan ceritanya pada kami,” ujar Machiko Nakayama, kepala organisasi ini.

Karena organisasi berbasis di Tokyo ini membutuhkan sanitizer dan suplai alat kesehatan lain agar para konselor bisa bekerja dengan baik, Nakayama mengatakan mereka menerima donasi sebagai “bayarannya.”

"Kami ingin orang-orang mendukung aktivitas kami melalui donasi,” katanya.