Berita Jepang | Japanesestation.com

Lagi-lagi kultur kerja Jepang yang toxic memakan korban. Kali ini, seorang pekerja muda harus bunuh diri akibat pekerjaan.

Ya, baru-baru ini, otoritas tenaga kerja Jepang mengungkapkan bahwa kematian seorang pegawai muda di Mitsubishi Electric Corp. pada 2019 silam sebagai bunuh diri akibat pekerjaan. Hal ini membuat perusahaan tersebut berjanji akan menghukum para petinggi Mitsubishi terkait insiden tersebut.

Insiden tersebut terjadi setelah pelecehan yang dilakukan atasan pria muda itu. Menurut hasil investigasi, atasannya itu mengucapkan kata-kata kasar padanya saat ia masih dalam masa pelatihan. Bahkan, atasannya menyuruhnya untuk “mati saja.”

kultur kerja toxic Jepang japanesestation.com
Mitsubishi Electric Corp. di Amagasaki, Prefektur Hyogo, di mana seorang pegawai muda yang memutuskan untuk bunuh diri pada 2019 silam bekerja. (Asahi Shimbun)

Kasus ini ditangani oeh Kantor Inspeksi Standar Tenaga Kerja Amagasaki di Prefektur Hyogo yang menyetujui klaim yang diajukan oleh keluarga korban pada September 2020 silam. Keputusan final terkait  kasus ini diambil pada 26 Februari 2021 lalu.

Pengacara dari pihak keluarga korban sendiri meyakini bahwa pelecehan kekuasaan yang dilakukan oleh seorang staf senior yang ditugaskan untuk membimbing pegawai baru berusia 20 tahunan tersebut menjadi faktor utama dalam keputusan yang diambil kantor inspeksi tersebut.

“Setelah kasus bunuh diri ini dikonfirmasi berhubungan dengan pekerjaan, kami ingin agar perusahaan berusaha untuk meningkatkan kultur dan lingkugan kerja mereka,” ujar keluarga korban dalam pernyataan yang dirilis pengacara mereka.

kultur kerja toxic Jepang japanesestation.com
Pengacara yang mewakili keluarga korban. (Takashi Yoshida)

Mitsubishi Electric juga mengatakan bahwa mereka akan menghukum presidennya, Takeshi Sugiyama, beserta eksekutif lainnya terkait keputusan yang diambil oleh Kantor Inspeksi Standar Tenaga Kerja Amagasaki.

Kasus ini menjadi kematian keempat yang terokonfirmasi sebagai bunuh diri yang berkaitan dengan pekerjaan dan dialami oleh anggota staf Mitsubishi Electric sejak 2014 silam. Sangat aneh bagi suatu grup perusahaan untuk memiliki kasus bunuh diri beruntun  akibat pekerjaan seperti ini kan? Berarti, mungkin memang ada yang salah.

Kembali ke korban. Pegawai muda tersebut merupakan seorang insinyur yang ditempatkan di pusat pengembangan teknologi Mitsubishi di Amagasaki, Prefektur Hyogo pada Juli 2019. Pemuda malang ini mengambil nyawanya sendiri di sebuah taman di Sanda, dekat dengan dormitori perusahaan itu pada Agustus 2019.

Sebuah catatan ditemukan di dekat tubuhnya. Catatan tersebut merupakan daftar perkataan dan kelakuan kasar yang diikatakan dan dilakukan seniornya. Di antara daftar tersebut, ada yang berbunyi, “Ada sebuah jendela yang sempurna untukmu melompat.” Ada juga yang mengatakan, “Tidakkah lebih baik jika kau mati saja?”

kultur kerja toxic Jepang japanesestation.com
Catatan yang ditinggalkan oleh seorang pegawai muda Mitsubishi Electric Corp. sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri yang memperlihatkan kata-kata yang dikatakan seniornya padanya sebelum ia mengakhiri hidupnya. Salah satunya mengatakan, “Bunuh diri saja.” (Asahi Shimbun file photo)

Menurut beberapa sumber terkait, pegawai muda itu diminta membuat dokumen untuk presentasi teknologi perusahaan yang dijadwalkan digelar beberapa hari setelah ia memutuskan untuk bunuh diri.

Mitsubishi Electric pun meneluarkan pernyataan pada 11 Maret lalu yang mengatakan bahwa akan menanggapi keputusan kantor inspeksi Amagasaki denganserius dan akan meresponnya dengan baik.

Sebelumnya, Kepolisian Sanda di Prefektur Hyogo mengirimkan dokumen pada para jaksa penuntut pada November 2019 lalu yang menyebutkan bahwa  anggota staf senior Mitsubishi Electric menghasut korban untuk bunuh diri, sebuah contoh langka di mana pelecehan kekuasaan dianggap sebagai tindakan kriminal yang lebih serius.

Kendati demikian, Kantor Jaksa Penuntut Umum Distrik Kobe mengumumkan pada Maret 2020 bahwa mereka memutuskan untuk tidak mendakwa karyawan senior karena tidak adanya bukti yang cukup.

Sedikit ngeri ya? Semoga kejadian seperti ini tak lagi terjadi dan Jepang dapat segera mengubah kultur kerjanya yang toxic!