Berita Jepang | Japanesestation.com

Di beberapa negara, termasuk di Indonesia, masih banyak orang yang berpendapat “kolot” dan mengatakan bahwa laki-laki lah yang harus membayar semua biaya kencan. Padahal zaman sudah maju, dan beberapa perempuan juga sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, jadi membagi bill kencan bukanlah sesuatu yang sulit. Nah, bagaimana kalau di Jepang? Apakah mereka memiliki prinsip yang sama dengan (mayoritas) orang Indonesia? Untuk mengetahui siapakah yang membayar saat kencan di Jepang, mari simak artikel berikut!

Perdebatan

membayar saat kencan japanesestation.com
Ilustrasi pasangan saat kencan (pakutaso.com)

Secara “tradisional,” banyak yang mengatakan kalau, “laki-laki lah yang seharusnya membayar semuanya” saat kencan. Namun, apakah harus begitu? Lihatlah di zaman modern ini, semua barang di Jepang makin mahal, wanita dapat bekerja dan menghasilkan uang sendiri, dan rasanya salah kan jika semua dibayarkan oleh pasangan?  

Namun nyatanya, di Jepang, masih banyak yang berpikiran “kolot.” Tak percaya? Lihat cerita beberapa  teman dari reporter Savvy Tokyo ini:

Pria ini adalah orang Jepang yang feminist dan berpikiran maju. Namun ia tetap menganggap bahwa rasanya tidak pantas untuk mengajak teman kencannya membayar sebagian biaya love hotel. Ada juga yang mengatakan bahwa ia hanya meminta sekitar 2.000 yen saja pada pacarnya meski tagihan makan malam mereka mencapai 20.000 yen.

Dan ketika ditanya alasan mereka melakukan semua itu, mereka menjawab “karena aku laki-laki.” Ya, harga diri mereka masih sangat tinggi dan selalu ingin terlihat sebagai provider yang baik berarti mereka rela mengalami kesulitan dalam keuangan, meski tidak berpikir untuk menikahi pasangan mereka.  

membayar saat kencan japanesestation.com
Ilustrasi pasangan saat kencan (pakutaso.com)

Meskipun begitu, masih banyak wanita Jepang yang senang untuk membayar sebagian atau seluruh biaya kencan. Ada seorang gadis yang selalu membayar bensin motor pacarnya setiap bulan. Ada juga yang membawa serta kekasih mereka untuk berlibur ke Korea dan Hong Kong karena mereka tidak ingin pergi sendirian. Mentraktir pacarnya ke bar setiap 2 atau 3 kali dalam sebulan? Ada!

Ketika ditanya mengapa mereka melakukan semua itu, mereka menjawab, “karena aku bisa.” Para wanita ini merasa bahwa ia dan pasangannya itu setara, terutama dalam masalah keuangan dan tidak ingin pasangannya bangkrut hanya demi “pride.”

Apa Artinya bagi para Wanita Jepang?

membayar saat kencan japanesestation.com
Ilustrasi pasangan saat kencan (pakutaso.com)

Inilah konsep baru Jepang, di mana wanita Jepang mulai mampu “membiayai” pasangan mereka. Memang, pada pra dan post- Perang Dunia II dulu, wanita Jepang diharapkan menjadi ibu rumah tangga serelah menikah dan semua pengeluaran istri dibayar oleh uang suaminya.

Kini, angka wanita yang bekerja di Jepang perlahan meningkat, dengan sekitar 44.5% pegawai di berbagai industri adalah wanita, sebagaimana data dari Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang pada tahun 2017. Memang, Shinzo Abe menginginkan adanya peningkatan wanita pekerja di Jepang yang berada dalam posisi cukup tinggi, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Beberapa wanita pun sudah ada yang sukses dalam karir di bidang tersebut (meski belum banyak).

Intinya, dengan pekerjaan, kestabiian finansial, dan status wanita Jepang kini, menentukan siapa dan kapan harus membayar saat kencan jadi semakin tidak penting dan dapat menjadi poin diskusi dalam suatu hubungan. Tidak ada satupun jawaban yang “benar” terkait siapa yang membayar karena setiap pasangan dan individu punya pandangan masing-masing. Hal ini juga dapat menjadi pemicu putus hubungan jika kamu tidak menyukai apa yang pasanganmu berikan. Jadi, diskusi adalah jalan keluarnya!