Berita Jepang | Japanesestation.com

Aplikasi kencan seharusnya membantu orang menemukan cinta. Namun di Jepang, semakin banyak wanita yang menemukan bahwa pasangan yang mereka sebut “lajang” ternyata sudah menikah. Dan mereka tidak hanya pergi dengan patah hati, mereka juga membawa pria-pria ini ke pengadilan.

Aplikasi Kencan Digunakan untuk Selingkuh

Aplikasi Kencan di Jepang
Seorang pria menggunnakan aplikasi kencan (Asahi Shimbun).

Salah satu kasus yang baru-baru ini terjadi adalah ketika seorang wanita menggugat pria yang ia temui di aplikasi kencan karena pria tersebut tidak menyebutkan bahwa ia sudah menikah. Kasus ini merupakan bagian dari tren yang sedang berkembang di Jepang, di mana aplikasi kencan tidak hanya digunakan untuk memulai hubungan, tetapi juga untuk berselingkuh dari hubungan yang sudah ada.

Dahulu, orang-orang di Jepang mengandalkan layanan perjodohan langsung untuk menemukan pasangan. Sekarang, semakin banyak pasangan-sekitar 25%, menurut Badan Anak dan Keluarga-bertemu melalui aplikasi kencan. Hal ini mendorong dukungan pemerintah untuk perjodohan online, terutama karena negara ini menghadapi penurunan angka kelahiran. Pemerintah kota bahkan menginvestasikan uang publik untuk kencan berbasis aplikasi dengan harapan dapat mendorong lebih banyak pernikahan dan kelahiran.

Namun, seiring dengan meningkatnya penggunaan, muncul pula keluhan-keluhan. Pada tahun 2019, Pusat Urusan Konsumen Tokyo hanya menerima 80 laporan tentang aplikasi kencan. Pada tahun 2024, jumlah tersebut melonjak menjadi lebih dari 800. Sebagian besar dari laporan tersebut melibatkan perempuan yang menemukan bahwa “pacar” mereka adalah suami orang lain.

Mengapa Penipuan Aplikasi Kencan Terus Terjadi?

Aplikasi kencan Tapple
Aplikasi kencan Tapple (cyberagent.co.jp)

Salah satu alasan utama mengapa hal ini terus terjadi disebabkan oeh aplikasi kencan  yang tidak mengharuskan pengguna untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar lajang. Sebaliknya, biro jodoh tradisional biasanya meminta dokumen “Bukti Status Lajang”. Tanpa itu, aplikasi menjadi lahan subur bagi para pembohong dan penipu.

Sekarang, beberapa platform mulai memperketat persyaratan. Aplikasi kencan resmi pemerintah Tokyo, Tokyo Futari Story, mengharuskan pemeriksaan latar belakang, verifikasi identitas, dan bahkan salinan kartu keluarga pengguna untuk membuktikan bahwa mereka masih lajang.

Perusahaan swasta juga mulai mengikuti langkah ini. Tapple, salah satu aplikasi kencan terbesar di Jepang, kini memungkinkan pengguna untuk mengonfirmasi status pernikahan mereka menggunakan kartu identitas nasional. Pengguna yang terverifikasi akan mendapatkan lencana di profil mereka.

Survei menunjukkan bahwa sebagian besar orang mendukung ide tersebut. Dalam sebuah jajak pendapat, setengah dari responden mengatakan bahwa verifikasi pernikahan seharusnya diwajibkan, dan 32% lainnya berpendapat bahwa hal tersebut setidaknya bersifat opsional.

Tentu saja, tidak ada sistem yang sempurna. Beberapa orang khawatir bahwa para penipu yang nekad akan tetap menemukan cara untuk berbohong. Namun, meskipun tidak menghilangkan masalah sepenuhnya, menambahkan beberapa akuntabilitas dapat mempersulit calon penipu dan lebih aman bagi orang-orang yang benar-benar mencari cinta.

Sumber: Yahoo! News Japan, NHK Japan, via Unseen Japan