Kesal karena rencana liburan ke Jepangmu batal gara-gara wabah virus corona tak kunjung usai? Nah, bagaimana kalau sebelum jalan-jalan ke Jepang betulan, kita jalan-jalan dulu lewat 10 novel Jepang di bawah ini?
1. Hokkaido: 'A Wild Sheep Chase' karya Haruki Murakami
Novel yang diterbitkan pada tahun 1982 di Jepang ini mengambil beberapa latar tempat, yaitu Tokyo, Hokkaido, dan kampung halaman sang protagonis, Kobe.
Novelnya sendiri mengisahkan tentang sang protagonis dan pacarnya yang berpetualang untuk mencari seekor domba dengan sebuah tanda berbentuk bintang di punggungnya. Petunjuk pun membawa mereka ke Hokkaido.
Keindahan alam Hokkaido, dengan ladang luas, area pegunungannya, dan suasana musim dingin di awal Oktober dilukiskan dengan sempurna dalam bagian kedua novel ini, di mana sang protagonist menemukan sekilas kenyataan tentang sejarah Hokkaido saat Zaman Meiji, ketika beberapa kelompok berdatangan untuk membangun sebuah kehidupan di wilayah ini dengan “meminjam” pengetahuan orang Ainu.
'A Wild Sheep Chase' benar-benar akan membuat para pembacanya bermimpi untuk mengunjungi Hokkaido dan menjadi protagonist untuk ceritamu sendiri!
2. Iwate: 'Night on the Galactic Railroad' karya Kenji Miyazawa
Meski novel ini sebenarnya novel fantasi dan tidak memiliki latar tempat yang jelas, 'Night on the Galactic Railroad' terinspirasi dari kampung halaman Kenji Miyazawa, yaitu Iwate.
Contohnya nih, ketika digelarnya Centaur Festival, di mana Giovanni, sang karakter utama bergegas untuk pergi setelah pulang bekerja.Festival ini tentu fiksi, namun atmosfer-nya bakal mengingatkanmu tentang Festival Tanabata atau festival musim panas khas Tohoku. Iwate memang dikenal dengan tradisi Festival Bintang-nya.
Di dalam novel, diceritakan saat Centaur Festival, Giovanni berpetualang ke Milky Way bersama sahabatnya, Campanella. Cerita yang berlatar di tengah langit malam ini juga menampilkan para penumpang lain di Galactic Railroad, kereta yang membawa Giovanni dan Campanella berpetualang.
Nah, jika kamu pergi ke Iwate, kamu bisa menaiki Galactic Railroad lho, namanya SL Ginga, sebuah kereta uap yang menjadi inspirasi dari kereta dalam novel Miyazawa. Naiklah kereta ini pada malam hari sebelum mencapai Jembatan Megane, rasanya benar-benar seperti traveling di antara bintang-bintang!
3. Tokyo: 'Coin Locker Babies' karya Ryu Murakami
Jika kamu mencari novel yang memperlihatkan kontrasnya pemandangan gedung-gedung pencakar langit Tokyo dan kegelapan, serta kekejaman di baliknya, wajib baca 'Coin Locker Babies' karya Ryu Murakami.
Novel ini menceritakan tentang dua anak bernama Kiku dan Hashi yang dibuang di sebuah loker koin di stasiun kereta. Setelah tumbuh dewasa, mereka berpisah, namun tetap dibayang-bayangi sosok sang ibu. Mereka pun menyadari kalau insting mereka untuk terus hidup mungkin merupakan kado terindah dari ibu mereka.
Novel ini merupakan salah satu buku yang menggambarkan Tokyo dengan baik. Keren!
4. Tokyo: 'Moshi Moshi' karya Banana Yoshimoto
Dalam 'Moshi Moshi,' kamu akan melihat sisi Tokyo yang menenangkan. Berlatar di Shimokitazawa, sebuah kota yang dipenuhi dengan bar nyaman, bioskop-bioskop kecil, dan berbagai kafe keren, novel ini menceritakan tentang kehidupan baru sang karakter utama di Shimokitazawa yang dikelilingi dengan penduduk ramah dan baik hati.
Kota Shimokitazawa dalam 'Moshi Moshi,' berperan penting dalam proses penyembuhan hati sang protagonist. Jika kamu sempat mengunjungki kota ini nanti, kamu akan mereasakan hangatnya penduduk setempat, sama seperti dalam novel!
5. Tokyo: 'Breasts and Eggs' karya Mieko Kawakami
'Breasts and Eggs' menceritakan tentang sepasang ibu dan anak, Makiko dan Midoriko, yang datang dari Osaka untuk mengunjungi Natsu, kakak Makiko, seorang hostess yang tinggal di Tokyo dan tertarik ingin memperbesar payudaranya. Di sisi lain, Midoriko merasa tak nyaman dengan perubahan tubuhnya yang memasuki masa remaja. Saking terganggunya, ia tidak ingin berbicara lagi.
Novel ini berlatar di Minowa, salah satu kota tua di Tokyo, tak jauh dari Ueno dan Asakusa. Jadi, kamu bisa melihat deh, bagaimana sih keadaan kota yang “asing” di mata turis ini!