Berita Jepang | Japanesestation.com

Seperti yang kita ketahui, bunuh diri bukanlah sesuatu hal yang asing di Jepang. Hal itu sudah ada sejak zaman dahulu dan masih terjadi hingga saat ini. Terdapat beberapa lokasi populer untuk mengakhiri nyawa di sana. Salah satunya adalah tebing Tojinbo di kota Sakai.

Tojinbo, Tebing Bunuh Diri di Jepang
(image: traverseworld.com)

Terletak di prefektur Fukui, daerah pantai sekitar Tojinbo dikenal dengan panorama yang menakjubkan. Tebing berbatu Tojinbo membentang lebih dari 1 kilometer. Bebatuan megah berbentuk pilar yang diciptakan oleh erosi laut berdiri gagah melawan derasnya ombak Laut Jepang.

Tojinbo merupakan satu-satunya tempat di Jepang di mana kita dapat melihat andesit piroksen raksasa. Karena fenomena geologis yang terbilang langka itu, tebing tersebut menjadi salah satu destinasi favorit yang ramai dikunjungi wisatawan.

Tojinbo, Tebing Bunuh Diri di Jepang
(image: sakura-japaneseculture.com)

Sayangnya, para warga lokal Jepang lebih mengenal Tojinbo sebagai tempat untuk melakukan bunuh diri. Alasan utama bunuh diri di Jepang umumnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti depresi, rasa malu, tekanan ekonomi, dan patah hati. Tebing Tojinbo sepertinya ditakdirkan sedemikian rupa sejak dahulu kala. Terdapat dua cerita rakyat yang terkenal di kalangan warga sekitar.

Kisah pertama bercerita tentang biksu Buddha korup dari kuil setempat yang memancing kemarahan para penduduk. Mereka menyeret biksu itu dari kuil hingga tebing Tojinbo dan melemparkannya ke laut. Para penduduk mengklaim bahwa arwahnya masih menghantui daerah tersebut.

Tojinbo, Tebing Bunuh Diri di Jepang
(image: youtube.com)

Legenda berikutnya berkisah tentang biksu Buddha bernama Tojinbo yang jatuh cinta dengan putri cantik bernama Aya. Tojinbodijebak dan didorong dari tebing tersebut oleh pengagum lain Putri Aya. Konon katanya, arwahnya sempat gentayangan dan menyebabkan badai setiap tahunnya. Hal ini akhirnya perlahan terhenti oleh bantuan biksuyang mengadakan ritual untuk mendoakan Tojinbo setiap tanggal 5 April.

Sebagai catatan, setidaknya terhitung puluhan orang Jepang datang ke sini setiap tahunnya untuk melemparkan diri ke batu bergerigi dan gulungan ombak ganas dari gugusan tebing yang memiliki ketinggian 20-30 meter itu.

(featured image:new-cloudfront.zekkei-japan.jp)