Bahasa Jepang memang keren. Buktinya, kamu bisa membentuk kata baru untuk menggambarkan satu situasi dengan menggabungkan beberapa karakter kanji. Misalnya, saat industri restoran lahir dan orang-orang memiliki opsi unruk makan di luar rumah, ada gasshoku/外食yang terdiri dari kanji 外 (keluar) dan 食 (makan). Tentunya bukan cuma itu, kamu juga bisa membentuk kata yang unik. Misalnya menggabungkan kanji 路 (jalan), 上 (atas/di) dan 寝 (tidur) sehingga menjadi 路上寝 (rojone) yang berarti “tidur di jalanan.” Terdengar lucu? Memang sih, hampir tidak mungkin ada orang yang sengaja tidur di Jalanan, Tapi, apakah kamu tahu kalau tidur di jalanan karena mabuk adalah hal yang biasa di Prefektur Okinawa?
Okinawa memang dikenal sebagai area dengan budaya unik di Jepang, namun, rojone bukanlah bagian dari kultur tradisional Ryukyu. Meskipun begitu, rojone adalah fenomena modern di mana orang-orang yang mabuk kerap (tidak sengaja) jatuh atau berbaring di sembarang tempat setelah berjalan pulang dari tempat mereka minum-minum atau lokasi nomikai.
Terkadang, para pelaku rojone ini benar-benar ditemukan dalam keadaan sangat parah. Telanjang di jalanan misalnya.
Fenomena ini juga telah berlangsung cukup lama, dilansir dari Soranews24, pada 2019 lalu, Kepolisian Prefektur Okinawa menerima 7.221 kasus rojone, dan parahnya lagi, laporan tersbeut bukan hanya berisi orang-orang mabuk yang tidur sembarangan dan menggunakan trotoar sebagai bantal mereka. Terkadang, orang-orang ini tidur di tengah jalan yang menjadi lintasan mobil, dan tak aneh jika di tahun lalu saja, ada 16 pelaku rojone yang tertabrak kendaraan yang melintas dengan setidaknya 3 orang meninggal karena tertabrak.
Kamu yang pernah berada di distrik kehidupan malam Jepang mungkin terkadang melihat orang-orang tertidur di pinggir jalan atau di bangku-bangku sekitar distrik yang penuh dengan bar, seperti Shibuya. Namun, melihat hanya kepolisian di Okinawa-lah yang menghitung secara resmi para rojone, tidak sulit melihat betapa jauh perbedaannya dengan Okinawa. Orang mabuk yang tidur di jalur lalu lintas sangat jarang ditemukan di Tokyo. Bahkan, kata “rojone” seperti tidak pernah terdengar di luar Okinawa.
“Aku tidak pernah mendengar istilah itu sebelum aku dipindahkan ke sini,” ujar Tadataka Miyazawa yang terdaftar sebagai salah satu anggota Kepolisian Prefektur Okinawa pada Desember lalu.
Masalah rojone benar-benar besar di Okinawa, sehingga tim basket lokal Okinawa, Ryukyu Golden Kings, menggelar kampanye “Stop Rojone.”
Poster serupa juga terlihat di Kota Uruma. Dalam gambar di bawah poster tersebut bertuliskan, “Minum-minumlah sesuai batasan.”
Jadi, mengapa rojone terjadi lebih sering di Okinawa? Menurut para ahli kesehatan dan keamanan, ada beberapa teori. Pertama, tidak seperti area lain di Jepang, iklim tropis Okinawa membuat suhu area ini hangat sepanjang tahun, jauh berbeda dengan Tokyo. Selain itu, orang Okinawa yang cenderung santai juga disebut-sebut menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keadaan tersebut, apalagi, prefektur tersebut memiliki minuman beralkoholnya sendiri, awamori.
Kasus ini terus berlanjut. Meski seruan untuk tetap stay at home dan social distancing selalu digaungkan, kepolisian Okinawa telah menerima 2.702 laporan rojone antara Januari dan Juni, jumlah yang hampir sama dengan laporan pada tahun 2019. Terkait hal ini, pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka akan lebih tegas lagi dalam menanggulangi rojone. Jadi, semoga saja kedepannya, denda hingga 50.000 yen yang diatur dalam pasal 76 (terkait tentang tidur di jalanan) bisa menakuti mereka ya!