Lebih dari 80% email penipuan di dunia menargetkan penutur Bahasa Jepang pada bulan Mei lalu. Menurut Proofpoint, salah satu perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat, hal ini dapat terjadi karena kemajuan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) memungkinkan penggunaan bahasa yang lebih alami.
“Pesan elektronik palsu sebelumnya lebih mudah ditemukan, karena terdapat kata-kata yang tidak wajar, namun AI generatif telah membantu menghasilkan kalimat yang lebih alami,” ujar Yukimi Sota dari Proofpoint cabang Jepang. Pada tahun ini, jumlah pesan elektronik yang berisi penipuan melonjak hingga 500 juta setiap bulannya.
Menurut Sota, sebagian besar penipuan email yang menargetkan Jepang telah menggunakan program tertentu dalam Rumpun Bahasa Tionghoa. Jumlah email sejenis dilaporkan anjlok selama Tahun Baru Imlek di akhir Januari hingga awal Februari lalu.
Banyak pesan elektronik berisi penipuan yang mengatasnamakan perusahaan sekuritas. Penerima pesan dipandu untuk mengunjungi situs palsu untuk mencuri data pribadi seperti alamat email dan kata sandi yang menjadi peluang peretas untuk membajak akun. Proofpoint juga mengimbau perusahaan Jepang untuk meningkatkan keamanan siber.