Berita Jepang | Japanesestation.com

Model plus-sized Jepang Marie Egbuchulam nyatanya bukanlah tipe orang yang diam saja ketika seorang wanita menjadi korban penyerangan atau mengalami kekerasan seksual. Beberapa waktu lalu, ia mengkritik usaha Jepang dalam menangani insiden chikan dengan poster buatannya sendiri. Dan kini, Egbuchulam mengekspresikan kekecewaannya lewat media sosial Twitter tentang hal serupa. Kali ini, adalah kekecewaannya terhadap respons polisi dalam menangani stalker.  

Dan inilah thread yang dibuat Egbuchulam dalam Twitter:

"Aku tidak ingin menulis ini, namun aku benar-benar butuh saran. Aku melihat seorang pria tak dikenal tiba-tiba menerobos masuk rumahku. Aku takut, jadi aku menelepon polisi. Dua polisi pun segera datang ke rumahku dan aku merasa lebih aman. Namun, mereka malah mengatakan, ‘Pria itu tidak ingin pergi sampai ia berbicara denganmu. Kalian berdua telah dewasa, mengapa tidak berbicara langsung?’ Hah? Jika aku ingin berbicara dengannya, aku tak akan menelepon 110 (nomor polisi di Jepang)!” tulisnya.

Dalam thread tersebut, Egbuchulam juga mengungkapkan kekecewaannya dan mengatakan pada kedua polisi tersebut bahwa jika ia ingin berbicara dengan pria itu, ia tak akan memanggil polisi. Namun, salah satu petugas malah pergi dengan sepedanya sambil berkata, “Ya sudah, lakukan sesukamu." Tak lama setelah itu, ia berusaha untuk menghubungi Community Safety Section di kantor polisi terdekat, tapi mereka malah menyuruhnya untuk tetap tenang menunggu bersama petugas polisi lain. Pada akhirnya, ia terpaksa mengobrol bersama si penyerang selama 3 jam.

Setelah pria tak dikenal tersebut melarikan diri, Egbuchulam mengatakan bahwa petugas yang sebelumnya kembali dengan sepedanya hanya berkata,  “Oh,  jadi pria itu pulang ke rumah ya.”

Egbuchulam  mengakhiri cuitannya dengan menulis, “Jika suatu saat aku ditusuk, mungkin 110 akan melakukan hal ini lagi. Aku tidak ingin memnaggil  110, dan tidak bisa percaya lagi pada polisi…mengapa para korban harus selalu menjadi yang kabur, bergerak, dan bersembunyi. Itu bukanlah hal mudah.

Respon yang didapat Egbuchulam mayoritas sangat suportif dan seakan mengingatkan kembali kita pada kasus pembunuhan Shiori Ino, di mana polisi tak mau membantu. Memang, di Jepang sendiri respon polisi terhadap komplain membutuhkan bukti kuat untuk menangkap stalker asli.

Karena itu, banyak jawaban yang mengatakan bahwa akan lebih baik jika kegiatan korban direkam dan menyarankan agar Egbuchulam memanggil pengacara juga.