Berita Jepang | Japanesestation.com

Singa mungkin merupakan salah satu hewan favorit di setiap kebun binatang, Begitu pula dengan Earth, seekor bayi singa jantan di Asa Zoological Park, Kota Hiroshima, Jepang. Saat lahir pada musim gugur pada tahun 2018 silam bersama 2 bayi singa lainnya, mereka menjadi pujaan para pengunjung kebun binatang. Sayangnya, Earth dan kawan-kawannya tak tahu kalau singa yang kerap disebut sebagai “raja hutan” hanyalah “barang dagangan” small-timer bagi kebun binatang di Jepang. Ya, itulah sisi gelap dari kebun binatang Jepang. Jika ingin lebih paham, simak cerita kelam Earth dan hewan-hewan lainnya dalam artikel berikut ini.

Pada 31 Maret 2020 lalu, Earth dipindahkan dengan sebuah truk pengangkut barang ke Kebun Binatang dan Taman Botani di Toyohashi, Prefektur Aichi. Pada saat ia dipindahkan, Earth adalah satu-satunya bayi singa di Asa Zoological Park, kedua temannya telah “dijual” secara cuma-cuma ke kebun binatang lain. Padahal, ketiga bayi singa ini masih terlalu muda, surai mereka pun belum tumbuh.

kebun binatang Jepang sisi gelap japanesestation.com
Earth, seekor singa jantan di Zoo and Botanical Park di Toyohashi, Prefektur Aichi, pada 23 Juli lalu (Tsubasa Setoguchi/asahi.com)

Dan memang begitulah bisnis kelam kebun binatang Jepang, perdagangan dan barter hewan.

“Kami memiliki banyak singa,” ujar Tsuyoshi Shirawa, seorang dealer hewan di Prefektur Shizuoka.

“Jika Anda ingin memiliki seekor singa, banyak orang yang akan memberikannya secara cuma-cuma. Jika tidak gratis pun, Anda hanya perlu membayar sekitar 200.000 yen (sekitar 27 juta rupiah). Lebih murah daripada kucing,” tambahnya.  

Ya, memang murah. Sang dealer tidak mengada-ngada. Dan berikut buktinya.

Menurut sebuah investigasi yang dilakukan oleh Asahi Shimbun, lima tahun sejak tahun fiskal 2014, 14 ekor singa dipindahkan dari kebun binatang di seluruh Jepang dan 11 di antaranya diberikan secara cuma-cuma. Kumamoto City Zoological and Botanical Gardens di Prefektur Kumamoto pun membeli seekor singa jantan dari kebun binatang swasta pada tahun 2015 lalu dengan harga 100.000 yen saja.

Menurut sebuah dokumen yang diproduksi oleh Pemerintah Kota Tokyo, harga seekor singa memang hanya 100.000 yen. Sangat murah jika dibandingkan dengan harga beberapa kucing di toko hewan yang bisa dijual dengan harga 200.000 hingga 400.000 yen.

Nah, mengapa sih singa-singa ini dijual begitu saja?

Ternyata, banyak kebun binatang yang terus berusaha untuk membiakkan singa karena anak-anak singa itu menarik perhatian pengunjung. Namun, saat seekor singa dewasa, kebun binatang harus menangani risiko perkawinan sedarah dan perkelahian antarsinga. Selain itu, merawat singa dewasa membutuhkan area yang luas dan pakan yang tak sedikit.

kebun binatang Jepang sisi gelap japanesestation.com
Earth di Hiroshima City Asa Zoological Park pada 30 Maret, sebelum ia dipindahkan dari tempat kelahirannya menuju kebun binatang lain. (Tsubasa Setoguchi/asahi.com)

“Singa adalah kucing besar. Saat mereka tumbuh dewasa, kami harus merelakan mereka,” ujar Teruaki Takeuchi yang bertanggung jawab dalam pelestarian spesies di spesies di Asa Zoological Park.

“Kami tak tahu apa yang akan terjadi jika kami memelihara seekor singa terlalu lama. Kami ingin Earth meninggalkan kebun binatang ini sesegera mungkin saat kami menemukan rumah baru untuknya. Kami rela tak dibayar untuk ini,” tambahnya.

Memang, hampir setiap hari bayi-bayi hewan lahir di kebun binatang di seluruh Jepang. Dan itulah yang dilakukan kebun binatang Jepang, segera mencari pemilik baru bagi hewan-hewan ketika tumbuh dewasa. Dan dalam bisnis kebun binatang, hewan-hewan yang dijual ini dinamakan, “sisa.”

1 Badak = 20 Pinguin

Apakah yang dijual dan ditukar hanya singa? Jawabannya, tidak. Hal ini berlaku bagi semua hewan di kebun binatang Jepang.

Contohnya, pertukaran antara kedua orang tua Earth, Elle dan Amaretto yang berasal dari Fuji Safari Park di Shizuoka dengan seekor zebra.

Hingga kini, menukar hewan “sisa” melalui sistem barter masih menjadi praktik umum antara kebun-kebun binatang di Jepang. Bahkan, dalam periode 5 tahun sejak 2014, 1.699 hewan atau 34% dari hewan yang dipindahkan dari satu kebun binatang, dijual dengan metode ini.

Pada 2017 lalu misalnya, Kebun Binatang dan Taman Botani di Toyohashi menukar 20 ekor pinguin dengan seekor badak putih.

Alasan di balik semua ini adalah masalah keuangan. Banyak kebun binatang publik kesulitan untuk membayar biaya operasi jika hanya melalui biaya masuk dan penjualan merchandise dan terpaksa bergantung pada dukungan pemerintah setempat. Namun, tak semua pemerintah lokal memiliki dana untuk mendukung sebuah kebun binatang.

“Kami sudah tak memiliki dana untuk membeli binatang sejak 20 tahun yang lalu,” ujar Hiroko Sakurai, kepala seksi di Hirakawa Zoological Park, Kagoshima.

“Kami tak memiliki pilihan selain barter jika menginginkan hewan tertentu,” tambahnya.

Namun, pertukaran antar kebun binatang rupanya tak selalu berjalan mulus. Jika sulit, banyak kebun binatang yang menyerah dan memberikan hewan secara cuma-cuma atau menggunakan jasa dealer hewan. Tingkat barter via jasa dealer hewan ini pun tinggi, 57%.

Hewan-hewan yang dijual via seorang dealer rupanya tak selalu beruntung, ada yang berakhir dengan tragis. Untuk mengetahuinya, baca halaman berikutnya!