Berita Jepang | Japanesestation.com

Akhir Tragis & Potensi Penyelundupan

Bagi para hewan “sisa,” meninggalkan sebuah kebun binatang memang menurunkan risiko perkawinan incest atau perkelahian. Namun, tak jarang hidup sang hewan berakhir tragis.

Pada Maret 2016 lalu misalnya, seekor zebra Grant bernama Barron yang awalnya dimiliki oleh Osaka Tennoji Zoo menjadi milik seorang dealer hewan melalui proses barter.

Setelah dibawa ke klub berkuda, Barron melompati pagar dan lari menuju sebuah kolam di area golf. Saat itulah hewan malang ini ditembak menggunakan panah blowgun yang ujungnya diberi obat anestesi, membuatnya jatuh ke dalam kolam dan tenggelam. Sang dealer hewan memang sengaja menempatkan Barron di klub berkuda karena menurutnya, hal inilah hal terbaik untuk mengakrabkan hewan dengan manusia. Namun, Barron yang menghabiskan waktunya di kebun binatang sepanjang  hidupnya tentu akan panik saat didekati manusia.

kebun binatang Jepang sisi gelap japanesestation.com
Seekor zebra Gtrant bernama Barron yang kabur dari sebuah klub berkuda dan akhirnya mati tenggelam (Dari sebuah video dari Nagoya Broadcasting Network)

Hal ini pun sangat disesali oleh Osaka Tennoji Zoo.

“Sangat sedih rasanya mendengar hewan yang kami sayangi seperti anak sendiri mati dengan tragis,” ujar seorang penjaga kebun binatang.

“Saya tak pernah mengira Barron akan ditinggalkan di tempat dengan pagar rendah yang memudahkannya melompat,” tambahnya.

Di waktu yang berdekatan, 2 berang-berang berjenis oriental short-clawed yang sebelumnya dimiliki oleh Hirakawa Zoological Park tiba-tiba mendarat di rak sebuah pet shop di Shizuoka lewat tangan seorang dealer hewan asal Tokyo.

Berang-berang jenis oriental short-clawed terdaftar sebagai “spesies langka” dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Perdagangan hewan ini pun dilarang keras sejak 2019 kecuali jika untuk tujuan akademik. Berang-berang ini pun harus dikembangbiakkan dengan hati-hati. Namun, dua berang-berang yang dijual di sebuah pet shop di Shizuoka pada tahun 2016 tersebut malah dinyatakan, “hilang”.

Sakurai, yang merawat berang-berang tersebut di kebun binatang pun mengatakan, “Mereka tak akan pernah bisa kembali ke siklus perkembangbiakannya lagi…”

Ya, hewan yang dijual pada pet shop dan tempat-tempat lain via seorang dealer biasanya akan digunakan untuk menutupi penyelundupan hewan.

Dalam hukum perlindungan hewan, jika seekor berang-berang oriental short-clawed ditawarkan ke sebuah pet shop, penjual wajib memberi tahu siapa pemilik aslinya atau di mana hewan itu dibeli. Dan tentu saja jika hewan tersebut diselundupkan secara ilegal, si penjual pasti tak berkutik kan?

Namun, ia bisa mengatakan, “Saya mendapatkannya dari sebuah kebun binatang dan mengembangbiakannya,” untuk menutupi perbuatan tak terpuji tersebut.

kebun binatang Jepang sisi gelap japanesestation.com
Bayi berang-berang oriental short-clawed di Nasu Animal Kingdom di Nasu, Prefektur Tochigi (asahi.com)

Koichi Murata, seorang profesor di Nihon University yang mempelajari kebun binatang melihat bahwa memang merupakan masalah membingungkan saat kebun binatang yang sebenarnya bertujuan untuk melestarikan dan mempelajari spesies hewan malah menghasilkan hewan berlebih pada waktu yang sama.

“Orang-orang di industri kebun binatang harus berhenti sejenak dan memahami apa arti sebenarnya dari ‘hewan berlebih’ itu,” ujar Murata.

Apa yang dikatakan Murata memang benar. Awal mula terciptanya sisi gelap dari kebun binatang Jepang ini memang membingungkan. Di satu sisi, mereka ingin terus melestarikan hewan, tapi di sisi lain, mereka kesulitan untuk memelihara hewan berlebih. Semoga suatu saat, sisi gelap dari kebun binatang Jepang ini bisa terpecahkan!