Pada Rabu lalu, beredar kabar bahwa Jepang akan menempatkan para atlet yang akan bertanding di Tokyo Olympic pada Juni mendatang di garda terdepan penerima vaksin. Kendati demikian, pihak pemerintah Jepang mengonfirmasi pada Kamis (8/4) lalu bahwa pihaknya tak berencana untuk memprioritaskan vaksin COVID-19 bagi para atlet olimpiade, menggugurkan laporan media yang membuat netizen di media sosial ricuh.
Kericuhan itu dipicu akibat masih banyaknya warga Jepang yang belum menerima vaksin. Hanya sekitar satu juta orang yang menerima dosis pertama vaksin Pfizer sejak Februari lalu, dari total populasi Jepang yang berjumlah 126 juta orang, dan lansia yang rebih rentan terhadap pandemi saja baru mendapatkan vaksin minggu depan, sementara menurut info dari Kyodo News, para atlet akan menerima kedua suntikan vaksin per Juni mendatang, satu bulan sebelum Tokyo Olympic berlangsung.
Jika para atlet mendapatkannya, kemungkinan besar seluruh atlet akan mendapatkanya sebelum seluruh lansia Jepang selesai divaksinasi kan?
“Berikan vaksin itu pada ibuku dulu. Para atlet masih muda dan sehat,” ujar salah satu pengguna Twitter.
Pemerintah sendiri tetap teguh pada pendiriannya untuk menggelar olimpiade meski 80% penduduk Jepang ingin agar pertandingan olahraga terbesar di dunia tersebut kembali ditunda atau dibatalkan. Padahal, pada Kamis lalu, Tokyo mendapat 545 kasus baru dan gubernurnya mengatakan ia akan meminta pemerintah pusat untuk menerapkan status darurat di ibu kota.
Dan meski Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato telah membantah laporan tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah tak adan memberikan prioritas bagi para atlet, tetap saja netizen ricuh.
“Ini sangat aneh. Kita saja tak yakin bahwa para lansia akan mendapatkan vaksi pada pertengahan Juni mendatang, kini mereka akan memberikannya pada para atlet?” ujar seorang pengguna Twitter dengan username “Aoiumi2.’
Sementara itu, beberapa orang menyinggung tentang rencana awal Jepang dalam memberikan prioritas bagi para petugas medis, lansia, dan mereka yang memiliki kondisi kronis dan penduudk umum tak akan mendapatkan vaksin mereka sebelum musim panas.
Berbagai even olahraga lain baru-baru ini dibatalkan atau ditunda akibat pandemi, dan pada Selasa (6/4) lalu, seorang eksekutif bisnis, Hiroshi Mikitani menuliskan dalam Twitter-nya bahwa menggelar olimpiade sangat berisiko.
“Sejujurnya, saya merasa olimpiade pada musim panas nanti sangat berisiko. Saya menentangnya,” ujar Mikitani, CEO dari grup e-commerce Jepang Rakuten Inc.
Kendati demikian, banyak perusahaan Jepang yang mendukung Tokyo Olympic. Atsushi Katsuki, CEO dari Asahi Group, mengatakan bahwa ia mendukung terselenggaranya olimpiade dan bahwa produsen bir ternama tersebut diuntungkan dengan menjadi sponsor.
“Saya ingin Olympics and Paralympic Games tetap digelar,” tutur Katsuki dalam interview-nya dengan Reuters.
“Sangat disayangkan karena Olympic disederhanakan, tapi kami tak terlalu khawatir akan itu,” tambahnya.