Berita Jepang | Japanesestation.com

Para pasien suspect COVID-19  di Prefektur Osaka tepaksa harus menunggu hingga 10 hari hingga pertengahan April sebelum mengikuti tes polymerase chain reaction (PCR) yang mendeteksi infeksi COVID-19. Sebelumnya pada Jumat (1/5), beberapa orang di Osaka juga harus menunggu selama 5 hari sebelum melakukan tes.

Dilansir dari Japan Times, pusat kesehatan masyarakat kota Osaka mengatakan waktu menunggu yang lama ini disebabkan adanya lonjakan kemungkinan pembawa virus baru. Namun, tes untuk mengetahui adanya virus COVID-19 ini memang lebih mengutamakan untuk menguji pasien yang menunjukkan gejala-gejala parah dan yang sudah melakukan kontak dengan orang yang positif terinfeksi.

(featured image: DevianArt VillyVIlly)
Keadaan Osaka sebelum virus COVID-19 menyerang (DevianArt: VillyVIlly)

Di Prefektur Osaka sendiri, jumlah kasus COVID-19 telah mencapai 1600 kasus, sementara kapasitas untuk menggelar tes PCR-nya adalah 420 tes per hari. Ke depannya, pemerintah berencana untuk mengembangkan jumlah tes per hari hingga 890 tes per hari dengan bantuan sektor swasta.

Menanggapi mewabahnya virus ini, sebuah klinik di Prefektur Osaka meminta agar para pasien dengan gejala demam mengunjungi klinik pada waktu yang telah ditentukan, di mana mereka akan diperiksa oleh staff dengan Alat Perlindungan Diri (APD) lengkap.

Namun, kepala klinik tersebut memprotes pusat kesehatan lokal Osaka yang menolak permintaan tes yang dianggap perlu oleh para dokter. Ia mengatakan, ia mengetahui bahwa sebuah pusat kesehatan menolak untuk melaksanakan sebuah tes PCR bagi pasien yang mengalami pneumonia.

“Sangat berat rasanya melihat pasien tidak bisa melaksanakan tes meski mengalami demam tinggi hingga mencapai 39 derajat Celcius,” ujar kepala klinik.

“Hati saya sakit melihat para pasien yang dipaksa untuk menanggung beban berat seperti itu untuk mencegah sistem kesehatan hancur," pungkasnya.