Sebuah survei yang diikuti oleh 4770 mahasiswa Jepang dari 62 universitas nasional dan swasta di Jepang membuktikan bahwa tingkat kecepatan pemangkasan lowongan kerja dari perusahaan-perusahaan Jepang bagi para lulusan baru ada di tingkat tercepatnya selama 10 tahun terakhir. Hal tersebut terpaksa dilakukan beberapa perusahaan Jepang untuk mengurangi biaya yang diakibatkan pandemi virus corona.
Dilansir dari Mainichi, survei pemerintah yang ditunjukkan pada hari Selasa (17/11) tersebut membuktikan bahwa per 1 Oktober, hanya 69,8% mahasiswa tingkat akhir yang mendapatkan tawaran kerja, turun sekitar 7 poin dibandingkan tahun lalu. Angka ini merupakan penurunan terparah sejak 2009 silam, di mana angka lowongan kerja Jepang turun hingga 7.4 poin akibat krisis finansial global.
Ini juga merupakan kali pertama sejak 5 tahun terakhir di mama rasio tawaran kerja terjun bebas menjadi di bawah 70%.
"Seiring dengan dibatalkannya job fair yang digelar berbagai perusahaan, para calon lulusan baru pun mendapat tawaran kerja serta konsultasi yang jauh lebih sedikit dari biasanya. Karena itu, kami akan terus mendukung mereka," ujar salah satu staf resmi Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Sosial Jepang.
Dari berbagai industri terdampak pandemi, maskapai penerbangan lah yang mengalami kerugian paling parah akibat menurunnya permintaan travel.
ANA Holdings Inc., perusahaan induk dari All Nippon Airways Co., dan beberapa perusahaan lain pun hanya akan menerima sekitar 200 lulusan baru pada April 2022 mendatang. Ya, pandemi tersebut telah memaksa perusahaan besar tersebut untuk mengubah rencana perekrutan untuk tahun fiskal berikitnya yang dimulai pada April 2021 mendatang, memangkas angka pekerja lulusan baru menjadi 700 orang saja, turun drastis dari rencana awal dengan 3,200 orang lulusan baru.
Akankah masalah pemangkasan penerimaan lulusan baru ini terus berlanjut hingga tahun 2023 mendatang? Mari kita lihat nanti.