Berita Jepang | Japanesestation.com

Pada bulan Mei lalu, saat pemerintah Jepang mengumumkan status darurat dan meminta agar sebisa mungkin penduduknya tetap stay at home, orang-orang pun mulai membatalkan rencana liburan mereka selama libur panjang atau golden week (meski tetap ada sih yang bandel), dan berdiam diri di rumah. Namun nampaknya, hal itu tak bertahan lama. Karena Hari Penghormatan Lansia dan Hari Ekuinoks Musim Gugur jatuh pada Senin dan Selasa lalu, membuat long weekend tak dapat dihindari. Nah, hal ini malah dimanfaatkan oleh orang Jepang untuk berlibur, meski kondisi negara yang belum benar-benar pulih dari pandemi.

Dan nyatanya, penduduk Jepang yang memutuskan untuk berlibur tidaklah sedikit, berita-berita dari berbagai media melaporkan adanya 249,1% kenaikkan pengunjung di Arashiyama di Kyoto, dan naiknya angka pengunjung di spot wisata seperti Hakone di Kanagawa (109,4%), Atami Onsen di Shizuoka (57,6 persen), dan Otaru di Hokkaido (54,2%).

Kemacertan pun terjadi di dekat berbagai spot turis, terutama di kota-kota onsen, seperti di Jozankei, kota Onsen di dekat Sapporo, Hokkaido.

Ingin melihat sebanyak apa sih mobil di jalanan? Berikut foto info kemacetan sepanjang 60 kilometer dari Nishishinjuku di Tokyo hingga Uenohara di Prefektur Yamanashi yang berjarak sekitar 61 kilometer jauhnya.

Prefektur Yamanashi sendiri merupakan rumah dari sebagian Gunung Fuji (gunung ini terletak di antara Prefektur Yamanashi dan Shizuoka). Tak hanya itu, Yamanashi terkenal dengan Hottarakashi Onsen-nya, membuat antrian sepanjang ini tidak terlihat aneh.

Kenaikan pengunjung yang melonjak ini bahkan terdeteksi di Google!

Keadaan serupa terjadi di Universal Studios Japan di Osaka. Bahkan, pengunjung yang datang sangat banyak hingga theme park ini membatasi jumlah pengunjung yang masuk, membuat para pengunjung harus menunggu selema 2 jam lebih untuk bisa masuk. Dan inilah suasana Universal Studios saat pukul 8 pagi.

Pengunjung juga terlihar memadati Gunung Takao, sebuah hiking spot populer di dekat Tokyo. Terlihat antrian panjang terbentuk di jalurnya, saat layanan darurat menuju lokasi untuk membawa hiker yang cedera ke rumah sakit terdekat.

Ada juga yang memilih berkemah di Raichosawa Camping Ground di Tateyama di Prefektur Toyama pun ikut dipadati pengunjung.

Dan berikut antrian toilet di pusat perkemahan itu.

Nah, apakah hanya tempat wisata populer saja yang penuh? Ternyata tidak, Kamikochi yang bisa dibilang terletak di area “pinggiran” pun ikut dipadati pengunjung yang mengantri selama 2 jam untuk menuju ke lapangan parkir.

Namun, tempat terburuk mungkin Kodomonokuni Theme Park yang berada di Yokohama. Lihatlah antriannya. Social distancing? Apa itu?

Keadaan theme park ini bahkan masuk dalam laporan berita di televisi.

Keadaan stasiun pun sangat ramai, sampai-sampai pengguna Twitter pun menyebutnya “bagai antrian di Comiket.”

Memang sih, kasus baru virus corona di Jepang mulai turun, bahkan minggu ini, kasusnya turun hingga di bawah 500, lebih rendah dibandingkan dengan gelombang pertama pada April lalu, di mana terjadi 743 kasus dan 1.998 kasus baru pada Agustus lalu. Namun, bukan berarti virus mematikan ini hilang kan? Pandemi masih berada di Jepang, membuat kekhawatiran akan adanya klaster baru.

Netizen pun berkomentar.

“Um, apakah aku ketinggalan sesuatu? Apakah pandemi telah berakhir??”

“Rasanya seram melihat angka kasus baru dua minggu yang akan datang…”

“Tempat peristirahatan sekitar stasiun juga dipenuhi pengunjung yang berasal dari prefektur lain.”

“Tidak ada rasa krisis di negara ini hanya karena angka kasus COVID-19 di sini lebih rendah dibanding negara lain.”

“Kenapa sih mereka ingin menghabiskan liburan berdesakkan begitu?”

“Aku bekerja di sebuah cafe di area turis, dan hari ini menjadi hari tersibuk sepanjang tahun.”

Netizen mungkin khawatir akan desakkan pengunjung yang tentunya mengabaikan protokol social distancing, meski pemerintah dan bisnis lokal mungkin akan bahagia melihat lonjakan pengunjung seperti ini. Ini memang yang diharapkan program Go To Campaign milik pemerintah Jepang kan?