Sebuah studi yang dilakukan oleh Teikoku Databank menunjukkan bahwa dari 1,2 juta perusahaan Jepang, hanya 8,0% yang dipimpin oleh CEO wanita terhitung per 30 April 2020, masih di level yang sama dengan tahun sebelumnya. Memang, terlihat ada sedikit peningkatan dibandingkan dekade sebelumnya, ada 3,5% kenaikan poin dibandingkan dengan tahun 1990 silam, meski jumlahnya tetap di bawah 10%. Pemerintah juga telah berusaha untuk memposisikan perkembangan wanita sebagai salah satu tujuan mereka, namun nyatanya belum ada perubahan yang signifikan.
Terkiat umur pimpinan wanita yang ditunjuk menempati jabatannya dalam periode Mei 2019 hingga April 2020, ada di kelompok umur 80 tahun ke atas dengan total 12,1%, diikuti dengan 70 hingga 64 di 11,8% dan 65 hingga 69 di 11.1%, yang artinya, hampir semuanya merupakan lansia.
Sedangkan untuk rincian sektor bisnis dengan kepemimpinan perempuan yang signifikan bisa dilihat dari sekolah keperawatan yang menempati peringkat pertama, dengan perempuan menyumbang 42,9% dari total pimpinan sekolah, diikuti oleh penjualan kosmetik di 35,1%, salon kecantikan 34,1%, layanan kesejahteraan lansia di 32,1%, dan jasa pendidik di 30,4%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemimpin wanita paling aktif dalam bisnis terkait keluarga, seperti perawatan anak, serta di sektor dengan basis pelanggan wanita yang kuat seperti perawatan dan kecantikan kulit.
Sementara itu, universitas dengan tingkat lulusan dari CEO atau presiden direktur wanita tertinggi ditempati oleh Nihon University dengan total 236 orang atau bertambah 8 orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Berikut rinciannya.

Intinya, jumlah wanita yang menjadi pemimpin sebuah perusahaan di Jepang masih jauh dibandingkan dengan pemimpin berjenis kelamin pria. Semoga dengan usaha pemerintah Jepang yang ingin memperbanyak jumlah wanita di bidang bisnis dan pemerintahan, jumlah pemimpin wanita di Jepang bisa bertambah.