Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebuah ujian try-out bahasa Inggris bagi siswa SMA di Prefektur Saga menuai kritik. Pasalnya, di dalam ujian tersbeut, ada soal yang mengasosiasikan Islam dengan teroris, membuat dewan pendidikan prefektur tersebut mengungkapkan rasa penyesalannya.  

Melansir Mainichi, soal ujian bahasa Inggris bagi siswa tahun pertama tersebut merupakan bagian dari try-out besar-besaran bagi siswa SMA tahun pertama dan tahun kedua di prefektur tersebut. Salah satu kalimat dalam soal ujian tersebutmengutip kata-kata seorang ayah yang emngatakan bahwa anak laki-laki asal Mesir yang tak dapat menghasilkan uang akan “pergi ke mesjid untuk mendapatkan makanan dan menjadi teroris.” Soal dalam ujian ini sendiri dibuat oleh sebuah kelompok studi relawan yang terdiri dari beberapa SMA di prefektur tersebut dan beberapa badan lainnya.  

islam teroris jepang japanesestation.com
Bagian dari soal ujian try-out bahasa Inggris di Kota Saga. (mainichi.jp)

Setelah ujian selesai, beberapa staf sekolah dan staf yang memperhatikan melaporkan bahwa kalimat dalam soal tersebut sangat sugestif dan seakan-akan mengasosiasikan Islam dan teroris. Sebagai respon, Dewan Pendidikan Prefektur Saga pun mengatakan bahwa soal tersebut sangat tidak pantas.

"Soal itu sangat tidak pantas. Hal ini berkaitan dengan kesadaran hak asasi manusia di antara para guru. Sangat disayangkan mereka tak memperhatikan hal ini,” ujar perwakilan Dewan Pendidikan Prefektur Saga.

Try-out tersebut digelar mulai 8 hingga 10 Januari 2021 di 24 SMA negeri dan swasta di Prefektur Saga. Dari seluruh peserta ujian, sekitar 3.100 prang emrupakan siswa tahun pertama. Kalimat dalam soal tersebut merupkan bagian dari soal pemahaman bacaan berbahasa Inggris yang dikutip dari sebuah esai yang ditulis oleh seorang (mantan) siswa tahun pertama SMA yang memenangkan penghargaan dalam kontes English composition nasional bagi siswa SMA pada 2013 silam.

Dalam ujian reading bahasa Inggris tersebut, seorang siswa diceritakan tengah berwisata ke Mesir bersama orang tuanya. Saat itu, siswa tersebut melihat seorang anak laki-laki penduduk lokal menjual beberapa kartu pos bergambar sambil mengatakan, “Satu dolar saja!” dan ia juga sempat melihat anak-anak lain yang meneriakkan kata-kata yang sama selama perjalanan. Lalu, siswa tersebut bertanya pada ayahnya tentang apa yang akan terjadi jika mereka tak dapat mendapatkan satu dolar tersebut, dan sang ayah menjawab, “Jika mereka tidak bisa, mereka akan pergi ke mesjid untuk mendapatkan makanan dan menjadi teroris.”  

islam teroris jepang japanesestation.com
Bagian dari soal ujian try-out bahasa Inggris di Kota Saga. (mainichi.jp)

Soal yang sama juga berisi sebuah kalimat di mana siswa tersebut membandingkan antara Mesir dan Inggris, di mana ia mengatakan ia tak pernah melihat anak laki-laki meneriakkan “Satu dolar saja!” di Inggris, menggambarkan adanya perbedaan antara negara kaya dan miskin. Esai tersebut pun berakhir dengan harapan untuk mengakhiri kemiskinan dan perang di dunia ini.

Sebelum ujian bahasa Inggris tersebut digelar, sekitar 10 guru di suatu sekolah bertanggung jawab membuat soal ini dan 3 guru lain dari sekolah lain mengecek soal-soal dengan total sebanyak 6 kali antara Juni hingga November 2020. Namun, setelah try out berlangsung, pertanyaan terkait hal ini diajukan oleh para guru dari 3 sekolah berbeda yang bertanggung jawab menilai lembar jawaban.

Shigeki Watanabe, ketua dari kelompok studi yang membuat try-out tersebut mengatakan bahwa mereka memilih teks tersebut karena dianggap cukup mudah dimengerti bagi siswa SMA.

"Memang benar ada masalah dalam pemilihan materi. Kami akan kembali meninjau sistem pemeriksaan kami bagi setiap mata pelajaran,” tambahnya.