Sebuah komunitas Muslim di Jepang memberikan makanan kepada para korban gempa berkekuatan 7,6 skala richter yang melanda Semenanjung Noto pada Hari Tahun Baru.
Setiap minggu, Mazen Salim,kepala Pusat Muslim Toyama, bersama anggota kelompoknya berkendara beberapa jam dari Toyama ke Suzu di Prefektur Ishikawa, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa Januari, untuk memasak kari bagi para pengungsi setempat, banyak di antaranya kehilangan rumah dan orang yang mereka cintai, dan menyediakan makanan lain beserta kebutuhan sehari-hari.
Salim mulai mengunjungi Suzu sejak tanggal 5 Januari, hanya beberapa hari setelah gempa besar yang melanda saat dia mengunjungi Tokyo bersama keluarganya. Saat tingkat kerusakan semakin parah, dia segera kembali ke rumahnya di Toyama sebelum pergi ke Noto.
Sebagian jalan telah runtuh dan terjadi banyak tanah longsor. Juga hampir tidak ada informasi jalan mana yang masih buka. Area tersebut diselimuti salju, sehingga bannya tersangkut di lubang saat berkendara.
Dengan bensin seadanya dan hanya sejumlah kecil stasiun yang masih buka. Salim menggeser kendaraannya ke gigi netral saat menuruni lereng untuk menghemat bahan bakar. Dia mengatakan butuh waktu hampir satu hari untuk sampai ke Suzu, yang terletak di ujung Semenanjung Noto, saat pertama kali dia berkendara ke sana.
"Kami tinggal di Jepang, kami minum air Jepang, dan kami bekerja di Jepang. Jika sesuatu terjadi di Jepang, wajar saja untuk membantu orang-orang yang menderita," ucap Salim, yang menyebut kegiatan sukarela-nya tersebut sebagai "jihad." Salim menekankan bahwa dia menggunakan kata itu bukan untuk menggambarkan perjuangan melawan musuh agamanya tetapi sebagai seruan untuk membantu mereka yang membutuhkan. "Tidak masalah apakah mereka Muslim atau bukan."
Salim juga mengatakan bahwa kata "jihad" sering disalahpahami. Orang-orang non-Muslim cenderung berpikir kata tersebut berkonotasi negatif karena mereka mengaitkannya dengan citra teroris dan kekerasan, tetapi kata itu dalam bahasa Arab hanya berarti bekerja untuk memenuhi kewajiban seseorang, katanya.
"Jihad bisa banyak hal," kata Salim. "Beberapa orang bekerja di garis depan (untuk membangun kembali daerah yang terkena dampak). Kami menyajikan makanan untuk pengungsi. Keduanya adalah jihad."
Makanan panas sulit didapat di daerah yang dilanda gempa, sementara beberapa mulai bosan makan makanan yang sama yang ditawarkan di pusat-pusat evakuasi, yang sebagian besar berupa makanan kalengan. Dia mengatakan kari yang dibuat khusus menawarkan citarasa segar dan variasi bagi para pengungsi yang telah mereka nikmati.
Kari yang mereka buat menggunakan rempah-rempah yang umum di berbagai negara Muslim seperti Pakistan dan Malaysia. Kari ini disiapkan oleh mereka, yang berasal dari berbagai latar belakang berbeda, termasuk anak-anak dan mereka yang berpengalaman bekerja di restoran kari.
Ini bukan pertama kalinya Salim dan timnya melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang dilanda bencana untuk menawarkan bantuan kepada para korban.
Sejak Pusat Muslim Toyama didirikan sekitar satu dekade lalu, anggotanya telah melakukan perjalanan ke mana-mana di Jepang di mana bencana alam besar melanda, termasuk Prefektur Kumamoto pada tahun 2016 setelah gempa bumi melanda dan Jepang bagian barat setelah badai hujan lebat pada tahun 2018.
Ke mana pun mereka pergi, mereka menawarkan makanan dan kebutuhan lainnya kepada orang Jepang dan orang asing, katanya.