Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan pada Rabu (14/4) lalu bahwa ia berjanji untuk menekan penyebaran COVID-19 di ibu kota Jepang guna memastikan keamanan olimpiade yang akan berlangsung mulai 100 hari ke depan.
"Saya sangat menantikan untuk melihat seluruh atlet baik dari Jepang dan luar Jepang yang telah berlatih keras dengan menggelar pertandingan besar bersama-sama dengan semuanya dalam 100 hari ke depan,” ujar Koike di upacara di bangunan pemerintah metropolitan.
Komentar Koike tersebut berhubungan dengan kembali meningkatnya infeksi virus corona di Tokyo yang menimbulkan pertanyaan terkait apakah olimpiade bisa tetap digelar pada 23 Juli mendatang di tengah krisis kesehatan global.
Komite penyelenggara Jepang dan International Olympic Committee juga berjanji untuk memprioritaskan kemanan Tokyo Games yang tertunda tahun lalu. Namun, masyarakat tetap skeptis akan digelarnya even ini dengan pandemi yang masih belum berakhir dan mayoritas penduduk Jepang belum mendapat vaksin.
Pemerintah Jepang memang “dipaksa” untuk membuat Tokyo meningkatkan langkah pencegahan COVID-19 yang lebih kuat pada satu bulan setelah status darurat Jepang dicabut. Pasalnya pada Rabu lalu, Tokyo mengonfrimasi adanya 591 infeksi baru, angka tertinggi sejak status darurat kedua berakhir pada 21 Maret lalu.
Koike mengatakan bahwa status kuasi-darurat hingga 11 Mei ini akan menjadi sebuah periode krusial dalam perang melawan virus corona sebelum menggelar olimpiade.
John Coates, kepala komisi koordinasi IOC yang memonitor persiapan Tokyo Olympic pun yakin akan berlangsungnya olimpiade pada musim panas mendatang.
"Saya yakin bahwa pertandingan akan tetap digelar dan akan menjadi pertandingan teraman. Seluruh langkah pencegahan akan diterapkan untuk memastikan agar masyarakat, para atlet dan partisipan lainnya tetap aman,” ujarnya dalam video yang dirilis pada Selasa lalu oleh IOC.
Dua upacara sederhana digelar pada Rabu lalu untuk merayakan 100 hari menjelang Tokyo Olympic namun sengaja tak membocorkannya pada publik untuk mencegah orang-orang berkerumun.
Patung dari dua mascot Tokyo Olympic juga dipamerkan di Gedung pemerintahan metropolitan, sementara sebuah monument Olympic Ring berdiri di puncak Gunung Takao, sebuah destinasi hiking popular di dekat Tokyo.
Wakil presiden komite penyelenggara olimpiade, Toshiaki Endo, juga mengatakan hal serupa terkait olimpiade.
“Karena situasi saat ini, saya sangat paham akan banyaknya komentar terkait olimpiade. Karena itu, saya menegaskan kami harus menggelar pertandingan yang aman,” ujarnya.
Komite penyelanggara tersebut sempat mengalami masalah untuk mengembalikan pendapat oublik terkait COVID-19. Pasaknya, sebuah survei yang digelar Kyodo News pada Senin lalu menunjukkan hanya ada 24,5 persen yang percaya bahwa pertandingan harus digelar pada musim panas mendatang.
Estafet obor yang dimulai pada 25 Maret lalu juga sangat kurang akan atmosfer meriahnya, mengindikasikan betapa sulitnya menggelar olimpiade di tengah krisis kesehatan global. Buktinya, pada leg yang berlagsung selama 2 hari di Prefektur Osaka hingga Rabu lalu harus mengubah rute mereka akibat meingkatnya kasus COVID-19 di prefektur tersebut dan pembawa obor harus berlari di taman kosong.
Tokyo Olympic sendiri akan menampilkan lebih dari 10.000 atlet dari seluruh penjuru dunia. Namun, untuk mencegah penyebaran COVID-19, even akan dibuat “sederhana.” Misalnya saja, dengan membuat penonton dari luar Jepang tak bisa memasuki Jepang untuk menonton, dan penonton di dalam Jepang pun dibatasi jika ingin menonton secara langsung.
Sementara itu, para atlet akan melakukan tes COVID-19 secara berkala selama di Jepang dan mereka pun tak diperkenankan untuk bepergian selain ke lokasi pertandingan dan beberpa lokasi lainnya dan harus menggunakan kendaraan khusus, kecuali jika mendapat izin khusus.
Olimpiade yang sebelumnya sempat digelar di Tokyo pada 1964 ini memang harus ditunda pada Maret tahun lalu akibat pandemi. Nantinya, akan ada 33 cabang olahraga yang terdiri dari 339 pertandingan dalam olimpiade yang akan ditutup pada 8 Agustus itu.
Komite penyelenggara sendiri telah memasuki fase final persiapan. Bulan ini, tes even pertama akan digelar untuk pertama kalinya sejak penundaan lalu guna melihat operasi logistic. Versi kedua dari “playbook,” paduan penyelenggaraan olimpiade bagi para atlet dan staf yang terlibat dalam pertandingan.
Lima badan penyelenggara pertandingan, termasuk IOC dan pemerintah metropolitan Tokyo, berencana untuk mengadakan pertemuan pada akhir April mendatang untuk menetapkan arahan tentang masalah berapa banyak orang yang akan diizinkan memasuki tempat pertandingan.
Tokyo Olympic pun akan diikuti oleh Paralympic mulai 24 Agustus hingga 5 September.