Sebelum melakukan suatu hal pasti butuh pertimbangan, apalagi di saat pandemi seperti ini yang bikin segalanya terasa susah dan butuh pertimbangan ulang. Nah di Jepang pun begitu, sekitar 70% perusahan Jepang yang ingin mengembangkan bisnisnya di luar negeri kini kembali berpikir atau me-review strategi bisnis mereka di tengah risiko global seperti pandemi virus corona.
Menurut Japan External Trade Organization, dengan penyebaran COVID-19 yang meruntuhkan ekonomi dunia sejak tahun lalu, 64,8% perusahaan dengan bisnis di luar negeri mengatakan mereka terkena dampak negatif dalam hal penjualan luar negeri untuk tahun fiskal 2020 yang berakhir bulan ini.
COVID-19 yang menyebabbkan lockdown dan menghancurkan ekonomi dunia sejak tahun lalu ini membuat perusahaan-perusahaan di Jepang kembali melakukan restruktur terhadap rencana bisnis dan organisasi mereka untuk menangani dampak buruk dari virus tersebut.
Dan di antara berbagai risiko global lain, tensi perdagangan Amerika-Cina serta pembatasan ekspor oleh Amerika Serikat dan Cina lah yang paling mengkhawatirkan.
Dalam sebuah survei, ditemukan bahwa 36,4% khawatir tentang regulasi ekspor Beijing yang diperketat untuk 2 hingga 3 tahun ke depan, sementara 32,6% mengatakan hak yang sama terkait pembatasan ekspor AS.
Dalam jawaban lain, 42,5% responden, termasuk mereka yang bergerak dalam sektor pakaian dan makanan serta mesin elektrik pun mengatakan bahwa mereka akan meninjau ulang strategi penjualan mereka. Dan sebagai langkah spesifik terkait bagaimana merevisi strategi tersebut, 60,9% mengatakan bahwa mereka akan meninjau kembali konsumen asing mereka.
Sementara itu, beberapa perusahaan lain mengataakan akan mengambil jalan digital untuk meningkatkan permintaan dalam teknologi digital di masa pandemi ini, dengan 38,5% akan memanfaatkan pameran virtual dan pertemuan bisnis sementara 30% akan fokus pada e-commerce lintas batas.
Survei yang sama juga menemukan bahwa margin penurunan untuk penjualan di luar Jepang, terutama dalam sektor retail dan pakaian pada tahun fiskal 2020 menurun hingga 38,4%, 10 poin lebih tinggi dibandingkan penjualan domestik.
Kendati demikian, meski proporsi perusahaan yang ingin memperluas bisnis luar negeri mereka selama tiga tahun ke depan mencapai rekor terendah, survei JETRO mengatakan proporsi mereka yang masih ingin memulai usaha di luar negeri hanya menurun sedikit saja. Jadi, sebenarnya keinginan untuk mengembangkan sayap ke luar negeri belum berkurang.