Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebuah studi terbaru mengenai bias implisit oleh psikolog Universitas Matsumoto, Kazuo Mori mencatat bahwa Jepang memiliki bias implisit terhadap orang kulit hitam, menyimpulkan bahwa "orang Jepang menunjukkan preferensi implisit untuk 'orang kulit putih' di atas 'orang kulit hitam.'"

Departemen Kehakiman Jepang merilis survei nasional pertama kalinya mengenai diskriminasi ras dan etnis di Jepang dan melaporkan bahwa 30 persen responden non-Jepang (mayoritas etnis Korea dan warga Tionghoa) melaporkan bahwa mereka telah menjadi sasaran pidato diskriminatif. Lebih dari 40 persen melaporkan bahwa mereka telah menjadi korban diskriminasi karena paham rasisme.

Menghadapi Realita Kasus Rasisme yang Terjadi di Jepang
(image: Philippine Lifestyle)

Meskipun Jepang telah menjadi penandatangan Konvensi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras sejak 1995, seperti Amerika Serikat, namun pidato kebencian yang mencerminkan paham rasisme masih banyak terjadi. Pemerintah Jepang menganggap bahwa diskriminasi rasial dalam Jepang yang homogen secara rasial sangat minim, sehingga tindakan hukum untuk memberantasnya tidak diperlukan.

Untuk bagiannya, Kementerian Kehakiman berpendapat bahwa pernyataan seperti "sokoku e kaere" yang mendorong orang-orang non-Jepang atau orang-orang yang dianggap tidak cukup Jepang (seringkali terlepas dari kewarganegaraan mereka yang sebenarnya) untuk kembali ke "tanah air" mereka bukan merupakan pidato kebencian . Namun laman beranda kementerian sendiri menampilkan kalimat "Hentikan! Ujaran kebencian” di poster dan video YouTubenya menyebutkan tentang hal yang mendefinisikan perkataan yang mendorong kebencian seperti kata-kata “pengusiran dari Jepang atau membunuh orang dari negara tertentu. ”

"Ketidaktahuan" Jepang tentang rasisme tidak terbatas pada penampilan kulit hitam, bahkan media Jepang tidak banyak mendidik publik mengenai hal seperti itu. Rasisme di Jepang berawal dari ucapan mulut ke mulut sejak zaman Gempa Besar pada tahun 1923 yang mengakibatkan pembantaian orang Korea pada masa tersebut. Meski kampanye anti diskriminasi secara rasis telah digembar-gemborkan, terkadang paham rasisme di Jepang disetujui oleh pemerintah secara diam-diam di situs pemerintahan sendiri.

(featured image: Sankei)