Atlet tenis Jepang, Naomi Osaka, menyerukan keberatannya melalui akun Twitter-nya atas meningkatnya kejahatan rasial atau rasisme baru-baru ini terhadap orang-orang Asia di Amerika Serikat di tengah pandemi virus corona.
"Jika orang-orang menyukai orang Asia seperti halnya mereka menyukai bubble tea, anime, mochi, sushi, matcha, dll..." tulis Naomi, yang memiliki ayah asal Haiti dan ibu asal Jepang, dan telah tinggal di Amerika Serikat sejak dia berusia tiga tahun. "Bayangkan mengambil untung atau menikmati hal-hal yang berasal dari suatu budaya, tapi kemudian menyerang atau menghilangkan suku yang menciptakannya."
Kasus pertama infeksi virus corona sendiri dilaporkan di Wuhan, China tengah, pada akhir 2019 lalu.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Senin mengatakan dia "sangat prihatin" tentang meningkatnya kekerasan atau rasisme terhadap orang Asia dan orang keturunan Asia sejak pandemi dimulai.
Pernyataan itu menyusul kasus penembakan mematikan di Atlanta pada 16 Maret lalu, oleh tersangka pria kulit putih, di mana enam dari delapan korban pembunuhan adalah wanita keturunan Asia.
"Sangat menyedihkan bahwa hal ini bahkan harus menjadi hashtag atau slogan," tulis Naomi di Instagram-nya yang mengacu pada hashtag #stopasianhate. "Seharusnya itu masuk akal, tetapi sepertinya sekarang akal sehat tidak umum di dunia ini."
Di setiap putaran U.S. Open musim panas lalu, yang dimenangkannya untuk kedua kalinya oleh Naomi, ia mengenakan masker wajah bertuliskan nama korban berkulit hitam dari aksi kebrutalan polisi di Amerika Serikat untuk mendukung Black Lives Matter, dan sebagai perjuangannya melawan ketidakadilan rasial.