Kasus pembunuhan berantai yang memakan 9 korban jiwa beberapa waktu lalu dicurigai merupakan dampak buruk dari penggunaan media sosial. Perdebatan mengenai Social Media Suicide menjadi masalah besar bagi Jepang karena negara ini memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Tersangka, Takahiro Shiraishi, yang dijuluki "Twitter killer", dilaporkan memikat korbannya - berusia antara 15 dan 26 - menggunakan media sosial Twitter, dan penemuan mengerikan tersebut telah mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan dalam memperketat peraturan internet untuk membatasi post mengenai bunuh diri.
Tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa media sosial merupakan salah satu sarana pelepasan emosional yang penting bagi negara. Dimana warga dapat mengekspresikan diri dalam membahas budaya yang tabu seputar bunuh diri dan depresi.
Polisi menangkap Shiraishi saat menyelidiki hilangnya seorang wanita berusia 23 tahun, yang dilaporkan telah men-tweet keinginannya untuk bunuh diri. "Saya mencari seseorang untuk mati bersama saya", dia juga menggunakan hashtag "rekrutmen bunuh diri". Shiraishi dilaporkan menggunakan media sosial untuk memikat para korban, mengatakan kepada mereka bahwa dia dapat membantu mereka untuk bunuh diri atau bahkan mati di sampingnya.
Tapi Twitter juga yang menjadi bukti akan kejahatannya. Polisi membujuk seorang wanita muda untuk menghubungi dia melalui media sosial tersebut untuk mengatur sebuah pertemuan, yang memungkinkan penyidik untuk menjebaknya.
Empat hari setelah jenazah ditemukan di apartemen Shiraishi yang terletak di pinggiran kota Tokyo bulan lalu, Twitter meluncurkan peraturan baru yang menyatakan bahwa pengguna "tidak boleh mempromosikan atau mendorong seseorang untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri" dan juga melarang tweet yang mengungkapkan keinginan untuk membunuh dirinya sendiri.
"Pemerintah pun mempertimbangkan keputusan untuk memperketat peraturan mengenai situs web yang 'tidak pantas' dan memicu terjadinya bunuh diri," jelas Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga pada pertemuan pekan lalu dengan para menteri. Suga menambahkan, pemerintah juga harus meningkatkan dukungan bagi kaum muda yang memposting pesan putus asa secara online, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.