Berita Jepang | Japanesestation.com

Popularitas danchi yang menurun

perumahan jepang danchi japanesestation.com
Sebuah danchi di dekat Tokyo pada malam hari (Cody Ellingham)

Pada tahun 1965, JHC mulai membangun danchi yang terletak dekat dengan area perkotaan. Namun, pada tahun 1970, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa krisis perumahan sudah selesai dan popularitas danchi pun menurun perlahan. Para Para penghuni danchi yang telah mengumpulkan cukup uang pun mulai pindah ke rumah pribadi. Pada tahun 1980-an, mulai tak ada penduduk Jepang yang menyewa unit danchi dan pada tahun 2000-an, danchi pun mulai berguguran.  Karena itu, jangan kaget ya jika teman-teman mendapatkan jawaban, “apartemen tua bagi orang miskin,” saat bertanya tentang danchi pada warga Tokyo. ‘

Rumah bagi lansia kesepian

perumahan jepang danchi japanesestation.com
Sebuah danchi di dekat Tokyo pada malam hari (Cody Ellingham)

Setelah berakhirnya gelembung ekonomi Jepang pada 1991, mayoritas penduduk danchi yang tidak memiliki kesempatan untuk pindah lebih awal ditakdirkan untuk tinggal di apartemen yang bobrok. Beberapa danchi pun digunakan sebagai perumahan sosial, dan dihuni oleh orang tua, keluarga berpenghasilan rendah dan orang tua tunggal, imigran dari negara Asia lainnya, dan mereka yang kerap dikucilkan di Jepang: pensiunan pekerja pemakaman industri, mantan yakuza berpangkat rendah, atau debitur kredit.

Dan masalah danchi bukan hanya sebatas di kondisi bangunan yang tak memadai. Masalah utama danchi adalah para lansia yang terperangkan di dalamnya, harus bertahan tanpa adanya lift dan terisolasi dari infrastruktur perkotaan, membuat terjadinya fenomena kodokushi, di mana para lansia meninggal sendirian, kesepian, dan tidak ditemukan orang untuk waktu yang lama. Tak aneh kan jika penduduk biasa menghindari danchi, dan penduduk danchi pun menghindari lingkungan luar karena malu akan status mereka.  

Denah unit danchi juga tidak lagi sesuai dengan standar kehidupan modern. Tidak ada cukup ruang untuk menyimpan barang-barang pribadi yang telah lama terkumpul; mesin cuci ada di balkon sempit; pintu masuk kecil dan kamar mandi pun hampir tidak dapat diakses oleh lansia dan penyandang cacat. Air panas juga sering tidak tersedia, dindingnya pun ditutupi dengan jamur dan retakan dan perbaikan. Benar-benar parah.

Diminati penduduk asing

perumahan jepang danchi japanesestation.com
Sebuah danchi di dekat Tokyo pada malam hari (Cody Ellingham)

Meski pun keadaannya seperti di atas, rupanya danchi masih memiliki pesona, yaitu bagi penduduk asing. Seperti yang sudah kita tahu, cara menyewa apartemen di Jepang cukup merepotkan dan banyak banget biaya yang harus dibayar. Keadaan pun akan makin sulit karena kita adalah orang asing. Karena itu, tinggal di danchi sangat menguntungkan. Mereka tak meminta biaya tambahan, membuat harga sewa jauh lebih murah dan lebih mudah mendapatkan izin tinggal bagi penduduk asing jika dibandingkan dengan di apartemen biasa.

Terlepas dari kepopulerannya di mata penduduk asing, masalah yang mengelilingi danchi sudah dalam level cukup parah dan nampak harus sampai ke telinga pemerintah dan media. Namun, mayoritas penduduk Jepang sendiri menghindari topik ini. Mau bagaimana lagi?

Sumber:

Wikipedia: Danchi

Archdaily

Japan Times