Hampir setiap orang yang terkurung di rumah karena social distancing merasa tersiksa di rumah karena berbagai macam hal, misalnya stres karena kehilangan pekerjaan, pertengkaran yang memicu coronavirus divorce, atau kesepian karena tak bisa bertemu orang lain. Namun, bagi para hikikomori yang menghabiskan sisa hidupnya di dalam rumah, hal ini tentunya sangat biasa. Apakah kita harus mempelajari bagaimana gaya hidup hikikomori agar bisa bertahan di tengah masa karantina ini?
Sebelumnya, hikikomori sempat dikabarkan terpilih menjadi ahli strategi karantina Jepang dalam menghadapi wabah mematikan ini. Karena itu, mungkin memang benar bahwa ada gaya hidup hikikomori yang harus kita pelajari ya? Nah, untuk lebih jelasnya, mari simak wawancara dengan beberapa narasumber hikikomori yang dilansir dari SCMP berikut.
Pertama, ada Nito Souji, yang telah menjadi seorang hikikomori lebih dari 10 tahun. Ia mengatakan caranya melepas stress adalah dengan cara tetap fokus pada suatu hal yang menurutmu penting dan tetap berharap.
Nito kehilangan cita-citanya untuk menjadi seorang novelis setelah lulus dari sebuah perguruan tinggi di Tokyo. Namun, ia segera kembali ke kampung halamannya dan belajar menggambar, berharap untuk menjadi kreator doujinshi, sebuah karya yang dipublikasikan diri sendiri. Awalnya ia hanya ingin menjadi hikikomori hingga mendapatkan pendapatan sendiri.
Impian Nito untuk segera mendapat penghasilan dari tenaganya sendiri membuatnya mempelajari game development dan bahasa Inggris pada tahun 2015, di mana ia berusaha sekuat tenaga selama 5 tahun penuh. Kini, dengan bahasa Inggris yang mumpuni dan game pertamanya yang akan segera rilis di platform game Steam, semua kerja kerasnya terbayar.
“Di 10 tahun terakhir ini, aku berhasil membuat apapun yang ingin buat. Jadi meski ada beberapa masalah, aku menikmatinya,” ujarnya.
Nito mengatakan, ia selalu berharap penjualan gamenya dapat membuatnya ke luar dari kurungannya ini dan hidup layaknya pekerja biasa ketika COVID-19 selesai nanti.
“Intinya, selalu berharap dan membuat progress sedikit-demi sedikit setiap harinya. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagiku,” tambahnya.
Sementara itu, CLiONE, seorang DJ hikikomori asal Tokyo yang juga menjadi hikikomori untuk fokus pada passion-nya, mengatakan kalau berhubungan secara online dengan orang lain dapat mengusir rasa sepimu selama social distancing.
“Bagaimanapun sifatmu, berkomunikasi dengan orang lain bisa mengurangi stress. Jika kamu menyimpan semua hal sendirian, pikiranmu akan menuju ke arah yang buruk. Jadi, mengobrol dengan temanmu via telepon atau internet bisa membuat moodmu membaik,” katanya.
Selama 3 tahun ini, CLiONE telah menghabiskan hidupnya sendirian dalam rumahnya, memproduksi musik, melakukan remix, serta bekerja via beberapa crowdsourcing platforms. Ia juga telah melakukan social distancing sejak dulu, karena live performances yang ia gelar dilakukkannya lewat live streaming di channel YouTube-nya yang kini telah memiliki lebih dari 13.000 subscriber.
CLiONE sendiri tidak pernah menunjukkan wajah aslinya ketika live, ia menutupinya dengan topeng. Namun, bukan berarti ia tidak pernah berinteraksi dengan fansnya lho. Ia bahkan mengatakan bahwa berinteraksi dengan fans melalui live streaming dapat melepas stress akibat berita-berita mengerikan di TV.
Jika penasaran dengan penampilan CLiONE, beginilah penampilannya:
“Bahkan menurut orang sepertiku yang hanya memiliki sedikit teman, kamu pasti bisa membicarakan hal menarik dengan orang lain, bahkan yang belum pernah kamu temui, seperti lewat online games dan live streaming. Jadi, aku merekomendasikan tetap berinteraksi dengan orang lain secara online,” kata dia.
Sementara bagi Shin, seorang pria berusia 35 tahun yang sempat menjadi seorang hikikomori selama 5 tahun, melakukan hal yang kamu suka bisa membantu melepas stres.
“Jika aku mulai merasa stres, aku akan menonton film action favoritku. Malah, menggerakan badan sedikit saja bisa menolongku mengurangi stres,” katanya.
Sama seperti Nito dan CLiONE, Shin pun menjadi hikikomori karena merasa tidak cocok dengan kultur kerja di Jepang hingga akhirnya memutuskan untuk resign dari sebuah perusahaan game dan menjadi seorang hikikomori.
Meski kini Shin telah “pensiun” menjadi hikikomori, ia tetap menghabiskan mayoritas waktunya di dalam rumah. Kini, ia hidup bersama istrinya dan menghasilkan uang dengan menjadi seorang freelance programmer. Jika stres, mereka menghibur diri mereka dengan bermain game atau menonton film bersama.
Nah, itulah beberapa cara bertahan hidup dari para hikikomori yang bisa kita pelajari agar tetap bertahan dari rasa stress akibat masa karantina atau social distancing. Coba dilakukan dan tetap diam di rumah ya!