Menurut data dari Pemerintah Jepang, 1 dari 4 orang Jepang di kelompok umur 20 hingga 40 tahun adalah lajang. Memang, umumnya orang-orang di kelompok usia ini berharap untuk menikah (meski tidak semua, cukup banyak yang tak ingin menikah, terutama wanita). Namun, tekanan ekonomi yang terus meningkat membuat menikah makin sulit saja. Para peneliti di Jepang pun mengatakan bahwa keamanan finansial untuk jangka waktu yang panjang sangatlah penting dalam pernikahan karena cukup sulit untuk menemukan rumah terjangkau di Jepang. Karena itu, banyak yang memilih untuk tinggal bersama orang tua mereka. Nah, fenomena ini ada istilahnya lho, namanya parasite single (パラサイトシングル).
Parasite single ini merupakan sebuah istilah yang awalnya berasal dari sebuah buku berjudul The Age of Parasite Single karya Professor Masahiro Yamada dari Tokyo Gakugei University. Istilah ini menunjukkan sebuah fenomena di mana seseorang yang berstatus single (lajang) hidup dengan orang tuanya di umur mereka yang mungkin sudah dianggap “tua” untuk menikmati hidup yang lebih nyaman. Meski hal ini bisa terjadi pada laki-laki, di kultur Jepang sendiri, istilah ini lebih sering dipakai untuk mendeskripsikan wanita yang tidak menikah secara negatif.
Kenapa parasite single bisa terjadi?
Banyak hal yang mempengaruhi, Salah satunya adalah berhemat. Harga sewa rumah di Jepang sangat mahal, apalagi jika di kota besar. Seorang parasite single yang memilih untuk hidup secara independen akan kehilangan sekitar 2/3 dari pendapatan disposable-nya. Belum lagi, mereka harus memasak dan bersih-bersih untuk mereka sendiri. Dan membuat sebuah tempat tinggal berarti harus membeli produk tahan banting seperti kulkas dan furniture. Belum lagi harus membayar “key money” pada pemilik lahan dan bayaran bagi agen perumahan. Intinya, tinggal sendiri memerlukan uang dan usaha besar.
Nah, keuntungan ekonomi tentu dinikmati oleh semua jenis parasite single. Meski salaryman muda, wanita karir, dan office lady dapat hidup sendiri, mereka yang single kemungkinan besar lebih memilih keuntungan finansial tambahan (dan mungkin keamanan serta mengurangi rasa kesepian) dengan tinggal di rumah orang tua mereka.
Meski banyak parasite single yang sukses, ada juga yang hanya mampu mendapat pekerjaan part-time atau pekerjaan dengan upah rendah yang membuat mereka tak mampu hidup sendiri meski mereka ingin. Dan ada juga mereka yang memang tak ingin menghadapi dunia luar dan tak ingin meninggalkan rumah orang tuanya alias hikikomori. Mungkin, kata “parasit” lebih cocok bagi hikkikomori ya?
Kerap disalahkan
Para parasite single rupanya sering disalahkan sebagai penyebab berbagai masalah di Jepang, mulai dari menurunnya angka kelahiran hingga resesi ekonomi.
Sementara itu, beberapa ilmuwan sosial mengaitkan peningkatan parasite single dengan preferensi masyarakat Jepang dan bahwa peningkatan angka tersebut lebih berkaitan dengan orang-orang yang tidak berada dalam hubungan jangka panjang serta memilih untuk berkonsentrasi pada pekerjaan mereka.
Nah, itulah sekilas tentang fenomena parasite single di Jepang. Meski mereka tidak benar-benar seorang “parasit” seperti sebutannya, bagaimana tanggapan teman-teman?
Sumber: