Teman-teman JS yang hobi jajan ke restoran atau kedai ramen, mungkin gak asing kan melihat nama “miso ramen” dalam daftar menunya? Ketika kita memesannya, akan hadir semangkuk ramen dengan kuah pekat berwarna kuning kecoklatan dengan perpaduan rasa asin, gurih, dan sedikit manis menjadi satu. Rasa dan warna kuah miso ramen yang unik itu berasal dari bumbu utamanya, yaitu miso, bahan makanan Jepang hasil dari fermentasi kacang kedelai. Miso sudah digunakan sejak lama di Jepang dan kerap digunakan/dibuat menjadi berbagai jenis masakan, seperti sup miso, atau diletakkan di atas onigiri lalu dipanggang seperti gambar di bawah.
Nah, tapi kira-kira bagaimana ya sejarah hadirnya miso hingga menjadi salah satu bahan makanan terpopuler di Jepang? Yuk kita telusuri!
Apa sih sebenarnya miso itu?
Sebelum mempelajari sejarahnya, mari kita berkenalan lebih dekat dengan miso! Miso (みそ atau味噌) adalah sebuah bumbu dan bahan makanan tradisional Jepang yang dibuat dengan cara menfermentasi kacang kedelai dengan garam dan kōji (jamur Aspergillus oryzae) dan terkadang dengan beras, jelai, rumput laut, atau bahan-bahan lainnya. Hasilnya, sebuah pasta kental yang dapat digunakan sebagai saus dan selai, sebagai bahan asinan sayuran, ikan, atau daging, dan menjadi campuran kaldu sup untuk sup miso yang disebut misoshiru (味噌汁), salah satu makanan pokok orang Jepang. Miso juga kaya akan protein, vitamin, dan mineral, membuatnya berperan penting sebagai sumber nutrisi di Jepang zaman feodal. Hingga kini, miso masih digunakan di Jepang, baik dalam masakan tradisional dan modern.
Sejarah Miso
Belum terlalu jelas bagaimana sejarah miso hingga sampai di Jepang. Namun, miso ikan dan gandum telah ada di Jepang sejak era Neolitikum (Zaman Jomon, sekitar 14.000 - 300 tahun sebelum masehi). Miso ini pun akhirnya disebut jomon miso. Untuk miso yang kita kenal sekarang, ada teori yang mengatakan kalau miso ini berasal dari Cina.
Seperti dilansir dari situs Miso Tasty, miso yang berasal dari Cina pertama kali diperkenalkan ke Jepang pada sekitar 1.300 tahun yang lalu oleh para pendeta Buddha. Mereka menggunakan fermantasi campuran dari garam, gandum, dan kacang kedelai merupakan cara untuk menikmati makanan saat musim yang memiliki udara hangat. Pasta kacang kedelai asli Cina yang diterima Jepang saat itu pun berubah menjadi miso dan shoyu (kecap Jepang), dua bahan makanan penting Jepang.
Nah, dulu, miso merupakan makanan mewah yang hanya bisa dimakan oleh bangsawan. Namun, seiring waktu berjalan, para samurai dan rakyat biasa pun mulai bisa menikmati miso.
Menariknya, ternyata kelas dan kasta menentukan miso apa yang dapat dimakan oleh orang-orang. Bangsawan, pemilik tanah yang kaya atau samurai hanya memakan miso nasi yang dibuat dengan menggunakan nasi putih mahal. Harga miso ini sangat mahal hingga dijadikan sebagai hadiah atau alat penukaran. Sementara itu, petani dan rakyat biasa dilarang menggunakan beras yang mereka panen sebagai bahan miso untuk mereka, karena itu rakyat biasa menggunakan beras murah atau jalai. Hal inilah yang menjelaskan mengapa miso berwarna gelap dicap sebagai “miso orang miskin” hingga kini. Namun, di pertengahan abad ke-14, kepopuleran miso mulai meningkat dan semua orang pun dapat menikmatinya, mulai dari para bangsawan hingga petani.
Kini, ada lebih dari 1.000 produsen miso di Jepang dengan perbedaan cukup mencolok di beberapa area. Misalnya di area utara yang lebih menyenangi miso beras, sementara Kyoto lebih menyukai miso putih yang manis, atau area di sekitar Prefektur Aichi lebih memilih miso murni dari kacang kedelai.
Sekarang, mendapatkan miso dengan varian berbeda sangat mudah! Kamu bisa mendapatkannya di toko-toko, terdekat!
Nah, itulah kisah dan sejarah dari miso!
Sumber: