Di tengah hamparan pegunungan Fukushima yanng tenang, tersembunyi sebuah desa kecil yang seolah membeku di antara lembaran sejarah di Jepang.
Ouchi-Juku, merupakan tempat bersejarah yang dulunya merupakan sebuah kota pos pada zaman Edo, kini desa ini seakan tidak ingin hilang ditelan moderenitas, suasana pedesaan tua yang penuh pesona menyambut setiap wisatawan yang berkunjung.
Pada abad ke-17 hingga ke-19, ketika shogun Tokugawa menetapkan aturan ketat bahwa para pelancong harus melakukan perjalanan panjang hanya dengan berjalan kaki, rute Aizu–Nishi Kaidō menjadi salah satu jalur perdagangan penting yang menghubungkan Aizu dengan Nikko. Pada jalur inilah Ouchi-juku tumbuh. Para pedagang, samurai, dan peziarah yang menempuh perjalanan melelahkan akan berhenti di kota pos ini untuk makan, beristirahat, dan bermalam.
Saat itu rumah-rumah berarsitektur kayu beratap jerami tebal — kayabuki — berjajar di sepanjang jalan tanah. Kini, ratusan tahun berlalu, pemandangan itu tetap dipertahankan nyaris tanpa perubahan.
Yang membuat Ouchi-juku begitu istimewa bukan hanya keindahan fisiknya, tetapi juga upaya masyarakat setempat untuk melestarikan suasana era Edo secara teliti. Tidak ada bangunan modern mencolok. Kabel listrik disamarkan. Bahkan papan nama toko dibuat mengikuti gaya tulisan masa lampau. Para penduduk tidak sekadar menjaga desa sebagai objek wisata, melainkan sebagai warisan hidup yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu.
Artikel ini dibuat dari berbagai sumber