Kegagalan
Namun, menjelang subuh, Hatanaka dan Shiizaki menyadari bahwa mereka tak memiliki opsi lain. Tak ada lagi jenderal atau laksamana yang mendukung pemberontakan mereka. Bahkan, Laksamana Onishi, bapak “Kamikaze,” yang awalnya bersikeras untuk tetap bertempur hingga akhir pun menyerah dan bersiap-siap untuk melakukan seppuku. Jenderal Shizuichi Tanaka, komandan dari Tentara Distrik Timur juga bertekad untuk menghentikan pemberontakan dengan mengirimkan satu divisi bersenjata untuk mengepung kompleks Kekaisaran dan menutup jembatan yang membentang di parit. Para pemimpin kudeta yang kelelahan dan kalah dari segi persenjataan dan manuver pun tahu bahwa mereka telah gagal dan akhirnya menyerah pada pukul 8:00 pagi.
Setelah itu, Hatanaka memohon agar diizinkan untuk menyiarkan permohonan maaf selama sepuluh menit melalui radio, tetapi ditolak. Ia dan Shiizaki juga tidak ditangkap, mungkin karena pihak kekaisaran telah menduga mereka akan bunuh diri. Dan benar saja, beberapa jam berikutnya, kedua pria itu berkeliaran di sekitar Tokyo untuk membagikan selebaran yang menjelaskan apa yang telah mereka lakukan beserta alasannya dan sesaat sebelum siaran menyerahnya kaisar mengudara, keduanya menembak dirinya sendiri.
“Saya tidak menyesali apapun setelah seluruh awan hitam yang menghantui pemerintahan kaisar menghilang,” tulis Hatanaka dalam surat bunuh diri yang ditemukan di saku bajunya.
Menyerahnya Jepang
Pada pukul 7:00 malam waktu Jepang, seorang penyiar radio NHK meminta agar seluruh penduduk Jepang untuk berada di depan radio pada siang hari keesokan harinya.
“Tengah hari esok, tepatnya pada 15 Agustus 1945, sebuah siaran penting akan disiarkan. Siaran ini belum perah terjadi sebelumnya dan kalian harus mendengarkannya tanpa terlewat,” ujar penyiar tersebut.
Untuk memastikan bahwa setiap warga dapat mendengarnya, listrik pun disediakan ke semua area dan untuk mengantisipasi siaran penting tersebut, semua program musik dihentikan pada pukul 10:00 malam pada tanggal 14 hingga Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang akan menyerah.
Karena upaya kudeta telah memasuki tahap terakhir, salah satu dari dua piringan hitam tersebut dikirimkan ke NHK, perusahaan penyiaran nasional Jepang. Satu jam sebelum siaran yang dijadwalkan, rekaman tersebut telah berada di tangan para teknisi penyiaran. Pasukan Tentara Distrik Timur pun telah menguasai area di sekitar kantor NHK. Saat itulah, baik para pemberontak maupun pihak berwenang tahu bahwa begitu suara kaisar menyebar ke seluruh gelombang udara, tidak ada jalan untuk mundur, dan artinya, pemberontakan pun gagal.
Dan pada pukul 11:59 pagi, sirene serangan udara berbunyi sebentar, lalu terdiam. Para penduduk pun mendengarkan dengan seksama dan jalanan pun menjadi sunyi senyap, hanya ada bunyi jangkrik yang terdengar. Orang-orang pun mulai memiringkan kepala untuk mendengar pengumuman penting tersebut. Di studio NHK di Tokyo sendiri, seorang teknisi menjatuhkan jarum pada fonograf, lalu berdiri dan menundukkan kepalanya.
Saat itu, sebuah suara terdengar dan tersebar lewat gelombang udara. Lemah dan gemetar. Ya, pengumuman menyerahnya Jepang pun dimulai dengan kalimat, “Pada para penduduk yang setia…”
“Setelah merenungkan secara mendalam dan meihat kondisi aktual yang diperoleh Kekaisaran saat ini, kami memutuskan untuk melakukan penyelesaian situasi saat ini dengan tindakan yang luar biasa.
Kami memerintahkan pemerintah Jepang untuk menyampaikan kepada pemerintah Amerika Serikat, Inggris Raya, Cina, dan Uni Soviet bahwa Kekaisaran Jepang menerima ketentuan Deklarasi Bersama.”
Akhir kalimat Kaisar Hirohito itulah yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dunia II, gagalnya kudeta militer Insiden Kyujo, dan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap merdekanya negara kita.
Sumber: