Koalisi partai penguasa, Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Komeito, harus menelan kekalahan dengan 122 kursi dalam pemilihan umum (pemilu) Dewan Penasihat Jepang yang berlangsung pada Minggu (20/07) lalu. Kedua partai ini gagal mendapatkan 50% dari 125 kursi yang diperebutkan untuk mencapai ambang batas mayoritas.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang berasal dari LDP menegaskan akan tetap menjalankan kewajibannya sebagai perdana menteri. Selain kehilangan suara mayoritas, kekalahan LDP menjadi pukulan berat bagi Ishiba yang terus didesak untuk mengundurkan diri.
LDP sendiri diperkirakan kehilangan dukungan dari pemilih konservatif dengan munculnya partai alternatif lainnya seperti Sanseito. Meski sempat menimbulkan kontroversi dengan semboyan “Japanese First” yang dinilai xenofobia, Sanseito berhasil mengamankan 14 kursi Dewan Penasihat.
Partai Demokrat untuk Rakyat (DPFP) berhasil mendapatkan 17 kursi, naik tajam dari pemilu sebelumnya yang hanya mendapatkan 9 kursi. Partai yang dipimpin oleh Yuichiro Tamaki ini sempat terlibat dalam koordinasi kebijakan dengan partai koalisi, namun menegaskan bahwa DPFP “tidak mungkin” bergabung dalam koalisi. Partai Demokrat Konstitusional (CDP) dan Nippon Ishin no Kai (JIP) yang berhasil mendapatkan 22 dan 7 kursi dalam pemilu kali ini juga menunjukkan sikap enggan bergabung dengan partai koalisi.
Dewan Penasihat Jepang memiliki total 248 kursi dengan masa jabatan enam tahun. Setengah dari total kursi akan dipilih melalui pemilu untuk menghindari pergantian kursi sepenuhnya. Dari 125 kursi yang diperebutkan, 75 di antaranya dipilih melalui pemilu daerah dan 50 lainnya melalui perwakilan proporsional—sehingga setiap pemilih mendapatkan dua kertas suara.
Tahun ini, jumlah pemilih pemilu Dewan Penasihat Jepang mencapai 58,51%, naik dari pemilu sebelumnya di tahun 2022 dengan 52,05%.