Berita Jepang | Japanesestation.com

Di tengah kekhawatiran Jepang terhadap populasi lanjut usia yang terus meningkat, ada satu masalah lain yang diam-diam ikut menua—lampu lalu lintas. Ribuan lampu lalu lintas di seluruh negeri kini telah melampaui masa pakainya dan memicu kekhawatiran akan keselamatan dan biaya perawatan yang semakin besar.

Data dari Kepolisian Nasional Jepang (NPA) menunjukkan bahwa sekitar 51.302 lampu lalu lintas, atau hampir 25 persen dari total sekitar 200.000 unit, kini telah melewati usia pakai ideal mereka, yaitu 19 tahun. Angka ini merupakan rekor tertinggi dan menjadi peringatan akan infrastruktur yang mulai menua.

Beberapa lampu sudah menunjukkan tanda-tanda keausan—seperti lampu yang meredup—bahkan dalam kasus ekstrem, tiang lampu runtuh karena keropos. Sejak tahun 2020, setidaknya telah terjadi 11 insiden di mana tiang lampu lalu lintas roboh. Dalam satu kasus unik, kerusakan tiang disebabkan oleh air kencing anjing yang menyebabkan korosi—diperparah oleh usia tiang yang sudah tua.

Mengganti atau memperbaiki satu unit lampu lalu lintas bisa memakan biaya sekitar ¥1,3 juta (sekitar Rp 134 juta). Jika dikalikan dengan jumlah lampu yang menua, beban keuangan bagi pemerintah daerah sangat besar.

Sebagai solusi, pemerintah tidak lagi sekadar mengganti satu per satu. NPA kini mengubah pendekatan dengan menghapus lampu lalu lintas yang dianggap tidak lagi diperlukan, terutama di daerah-daerah sepi atau dengan populasi menyusut. Targetnya adalah menghapus sekitar 4.200 unit hingga tahun 2029. Dalam satu tahun terakhir saja, sudah 679 lampu yang dibongkar.