Berita Jepang | Japanesestation.com
Kepolisiaan Nasional Jepang membeberkan data terbaru mengenai tingkat kejahatan melalui penggunaan media sosial pada paruh pertama 2018. Menurut data yang dirilis, tingkat anak di bawah umur yang menjadi korban kejahatan seksual dan lainnya melalui penggunaan media sosial mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun, pihak berwenang masih menganggap bahwa tingkat kejahatan tersebut masih relatif tinggi. Dari data yang disampaikan, sebanyak 856 anak di bawah usia 18 tahun menjadi korban pada semester pertama tahun 2018, turun 63 anak dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari total kejahatan melalui media sosial yang terjadi, 331 anak adalah korban pelanggaran seksual dan kejahatan lain yang terkait pelanggaran peraturan perlindungan anak. Sementara itu, 271 anak adalah korban pornografi dan 203 anak lainnya terlibat dalam prostitusi di bawah umur. Tidak hanya itu, 38 anak di bawah umur lainnya juga terlibat dalam kejahatan yang lebih serius yang melibatkan media sosial. Kejahatan tersebut diantaranya adalah 16 korban penculikan, 14 korban pemerkosaan, dan 3 anak yang bersekolah menengah dibunuh dalam pembunuhan berantai di Zama, Perfektur Kanagawa. Masih dari rilis yang disampaikan pihak Kepolisian Nasional Jepang, berdasarkan usia, sebagian besar korban berstatus sebagai siswa sekolah menengah atas, yaitu sebesar 459 anak. Diikuti oleh 299 anak seusia siswa sekolah menengah pertama, dan 25 anak seusia sekolah dasar. Dari sisi modus kejahatan melalui media sosial, 211 pelaku kejahatan mengaku bahwa kejahatan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan uang. Sementara 94 orang lainnya menyebutkan motif seksual sebagai tujuan utama melakukan aksi kejahatan di media sosial. Lalu, media sosial mana saja yang paling banyak memakan korban di Jepang? Dari data yang dirilis, sekitar 40 persen atau 342 korban kejahatan di bawah umur melalui media sosial dilakukan di Twitter. Sementara itu, sebesar 136 pelaku kejahatan anak lainnya menggunakan media sosial Line dan Himabu, aplikasi
instant messanger paling populer bagi pelajar di Jepang. Untuk melindungi anak-anak dan menekan angka kejahatan terhadap anak di media sosial, saat ini pemerintah Jepang semakin mengoptimalkan berbagai website komunitas online dan bekerjasama dengan operator media sosial seperti Line Corp dan DeNA Co. Pada bulan Juli 2017 lalu, pihak berwenang di Jepang membentuk sebuah kelompok yang bekerja sama dengan NPA untuk berbagi upaya untuk melawan kejahatan di media sosial.