Perdan Menteri Jepang Yoshihide Suga dihujani kritik dan kecaman dari anggota parlemen oposisi pada Rabu (25/11) lalu. Banyak yang meragukan apakah Suga sempat klaim tak akurat di parlementer pada tahun lalu terkait potensi pelanggaran undang-undang pemberian hadiah oleh pendahulunya, Shinzo Abe.
Seperti diketahui sebelumnya, mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga mendapat kecaman setelah sebuah sumber mengatakan pada awak media bahwa kantornya menutupi biaya pesta makan malam bagi para pendukungnya. Jika hal ini benar, Abe bisa dihukum karena melanggar undang-undang pemilu, berbanding terbalik dengan penolakan keras Abe terkait hal serupa di parlemen pada tahun lalu.
Dilansir dari Japan Today, politisi di Jepang tidak diperbolehkan memberikan apapun yang dapat dianggap sebagai hadiah kepada masyarakat. Saking ketatnya peraturan ini, pada tahun 2014 silam, seorang menteri kabinet terpaksa mengundurkan diri setelah mendistribusikan kipas kertas saat musim panas.
Suga pun dikaitkan dengan skandal ini karena pada masa pemerintahan Abe, Suga menjabat sebagai sekretaris kabinet, tangan kanan Abe.
Terkait hal ini, Suga mengatakan pada komite parlemen pada Rabu lalu bahwa dirinya selalu mengecek berhubungan dengan ex-Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan mengalihkan perhatian dari pernyataan yang dianggap tak akurat tersebut.
"Saya menolak untuk memberi komentar lebih lanjut karena masalah ini tengah diselidiki pihak berwenang,” ujarnya.
Sementara itu, Abe membantah bahwa kantornya telah membersi subsidi pada acara pesta perjamuan makan malam tahun lalu, hal yang membuatnya menerima kecaman dari pihak oposisi.
Pada Selasa lalu, Abe mengatakan bahwa ia menyadari semua tuduhan yang ditujukan kepadanya dan berjanji bahwa kantornya akan “bekerja sama secara penuh” dengan para jaksa penuntut umum Tokyo yang tengah menyelidiki kasus ini, meski ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
Pemimpin partai oposisi, Partai Demokrat Konstitusional Jepang, Yukio Edano, mengatakan pada Selasa lalu bahwa Abe telah berbohong pada parlemen ketika ia mengatakan bahwa kantornya memberi subsidi pada pendukungnya.
"Perdana Menteri Suga juga merupakan “pemeran utama” dalam pemerintahan Abe atas posisinya sebagai sekretaris kabinet dan ia tak bisa lari dari tanggung jawab tersebut,” ujar Edano pada NHK.
Abe, perdana menteri Jepang dengan jabatan terpanjang tersebut mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri akibat masalah kesehatan pada September lalu. Meskipun begitu, ia tetap berkarir di bidang politik.
Kasus ini membuat pihak oposisi meminta Abe untuk menjelaskan alasan di balik tuduhan yang ditujukan kepadanya, namun, partai Liberal Democratic Party (LDP) menolaknya dan mengatakan bahwa hal tersebut “tak beralasan.”
Sementara itu, media lokal Jepang mengatakan bahwa kantor Abe diduga menutupi biaya pesta makan malam tahunan di hotel mewah di Tokyo bagi para pendukungnya dan mengeluarkan dana hingga 8 juta yen. Jaksa penuntut Tokyo pun kini tengah memeriksa dokumen hotel yang menunjukkan bahwa kantor Abe bertanggung jawab membayarkan dana tersebut.
Dalam sebuah interview bersama NHK, sebuah sumber yang dekat dengan sang mantan perdana menteri mengatakan bahwa staf yang bekerja untuk Abe mengaku telah menanyakan pada mantan bos mereka apakah kantor mereka membiayai dana makan malam tersebut. Padahal faktanya, mereka belum menanyakannya.