Berita Jepang | Japanesestation.com

Pemerintah Jepang berencana untuk membuang air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat gempa bumi dan tsunami besar pada tahun 2011 silam ke laut. Hal ini telah dikonfirmasi oleh sumber terkait pada Kamis (15/10) lalu.

Dilansir dari Mainichi, keputusan resmi terkait hal tersebut akan diumumkan secepatnya. Apapun hasilnya, keputusan tersebut akan mengakhiri perdebatan selama 7 tahun terkait bagaimana cara membuang air yang sebelumnya digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik tersebut. Rencana untuk membuang air ke laut ini pun sebenarnya telah direncanakan pada awal tahun, setelah sebuah subkomite pemerintah melaporkan bahwa mengalirkan air ke laut atau menguapkannya merupakan “opsi realistis.”

Namun, pelepasan air radioaktif ke laut tersebut ditentang oleh penduduk dan nelayan lokal karena dikhawatirkan produk laut akan terkena dampak radioaktif dan konsumen akan menghindari produk laut. Hal serupa pun dikemukakan oleh Korea Selatan yang kini melarang adanya impor produk laut dari area tersebut.

Sementara itu, Hiroshi Kishi, presiden JF Zengyoren, sebuah Federasi Koperasi Perikanan Nasional, menyatakan penolakannya terhadap pelepasan air ke laut dalam pertemuannya dengan Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato pada hari Kamis lalu.

Pemerintah Jepang pun berencana untuk membuat panel untuk membahas langkah-langkah pencegahan yang berkaitan dengan dampak lingkungan dengan pemerintah Fukushima dan industri perikanan lokal.

Sementara itu, terkait kapan pembuangan ini akan dimulai, sumber dari pemerintah mengatakan bahwa pembuangan akan dimulai sekitar 2 tahun lagi. Pasalnya, membuang air ke laut membutuhkan pekerjaan konstruksi dan persetujuan dari Otoritas Pengaturan Nuklir.

Air yang dibuang tersebut telah melalui advanced liquid processing system (ALPS) untuk membuang sebagian besar kontaminan yang terdapat di dalamnya lalu disimpan dalam tangki-tangki di lokasi fasilitas, Namun, tempat ini diperkirakan akan penuh pada musim panas 2022 mendatang sementara air terkontaminasi meningkat sekitar 170 ton per hari. Per September tahun ini saja, total air yang ditampung sebanyak 1,23 juta ton dan mengisi 1.044 tangki.

Bulan lalu, Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan bahwa pemerintah ingin “membuat keputusan secepatnya” dalam menangani air radioaktif tersebut saat ia melakukan kunjungan ke Fukushima.

Sementara itu, dalam kunjungannya pada bulan Februari lalu, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi mengatakan bahwa membuang air terkontaminasi ke laut telah memenuhi standar global dalam industri tersebut. Menurutnya, membuang air dari pusat pembangkit listrik tenaga nuklir ke laut merupakan hal umum yang dilakukan di seluruh dunia meski bukan dalam sitausi darurat. Meskipun begitu, tetap ada kekhawatiran. Apalagi, masih banyak negara dan area yang membatasi impor produk pertanian dan perikanan dari Jepang setelah bencana 2011 silam tersebut.